Aceto Carmine: Pewarna Kromosom



Ada beberapa versi dari pewarna ini tergantung dari ada dan tidaknya unsur besi (Fe) di dalamnya. Pewarna Aceto carmine yang mengandung besi sering digunakan karena dapat menghasilkan warna merah kebiruan lebih gelap daripada versi yang non-besi.

untuk yang pertama, mari kita bahas terlebih dahulu cara pembuatan pewarna ini untuk versi non-besi.

  1. Panaskan larutan asam asetat 45% (45ml acid/55ml asetat glasial air suling) sampai mendidih
  2. Tambahkan 0.5 g Carmine dan terus dipanaskan selama 15-20 menit sambil diaduk
  3. dinginkan larutan yang dihasilkan
  4. larutan terebut kemudian disaring untuk menghilangkan endapan


untuk versi yang mengandung besi (Fe), berikut adalah resep untuk membuatnya:

  1. Panaskan larutan asam asetat 45% (45ml air suling asetat glasial acid/55ml) sampai mendidih. SELALU berhati-hati dan memakai alat pelindung diri ketika berada di laboratorium dengan asam pekat (atau waktu lainnya)
  2. Tambahkan 0.5g dari Carmine dan terus panaskan selama 15-20 menit sambil diaduk
  3. dinginkan larutan yang dihasilkan
  4. larutan terebut kemudian disaring untuk menghilangkan endapan
  5. Secara terpisah buat larutan asetat glasial 45ml acid/55ml air suling/5g Ferri oksida
  6. Perlahan (diteteskan) tambahkan larutan Ferri oksida untuk 50ml larutan Carmine sampai endapan mulai muncul
  7. Segera tambahkan 50 ml larutan Carmine ke dalam campuran titrasi
  8. saring untuk menghilangkan endapan

Selamat Belajar!!..

Sumber


Read More..

SIKLUS ESTRUS PADA TIKUS (Laporan Praktikum)

Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari. Pada mamalia khususnya pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaturan/koordinasi yang disebut dengan hormon (hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ target).

Fase dan Siklus Estrus

Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam.

Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004).

Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006). Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan tingkatan estrogen. Pada fase metestrus dimana uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormon (Taw, 2008).

Cara Kerja

Cotton bud dicelupkan ke dalam PBS dan dimasukkan ke dalam vagina tikus betina dan diusap sebanyak 2-3 kali putaran. Hasil usapan dari cotton bud dibuat preparat apusan. Preparat apusan dimasukkan ke dalam larutan alkohol fiksatif 70% selama 10 menit, kemudian diangkat dan dikeringanginkan. Apusan lalu dimasukkan ke dalam larutan Phosphat Buffer Saline (PBS) selama 5 menit, dimasukkan kembali dalam larutan pewarn giemsa selama 5-10 menit dan dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Diamati morfologi sel epitel pada preparat yang telah dibuat di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (100X) kemudian perbesaran kuat (400X). Pengamatan dilakukan selama 7 hari dan dicatat perbedaan-perbedaan sel yang didapat pada tiap-tiap siklus estrus. Data pengamatan kemudian di catat dalam tabel pengamatan dan di dokumentasikan setiap preparat apusan yang dibuat.


untuk hasil dan pembahasan dari praktikum ini,silakan ikuti link di bawah ini untuk mendownload file pdf-nya...

DOWNLOAD FILE : SIKLUS ESTRUS

Selamat belajar!!..

Ingat, piracy is a CRIME!!...


Read More..

ANALISIS KUALITAS SPERMA DAN OVARIUM (laporan praktikum)

Sistem reproduksi adalah suatu sistem organ di dalam tubuh organisme yang dapat bekerja bersama untuk satu tujuan, yaitu reproduksi. Berbagai macam substansi seperti cairan, hormon, dan feromon juga merupakan suatu pelengkap yang penting untuk sistem reproduksi. Pada manusia dan mayoritas organisme eukariotik lainnya yang sudah mengalami diferensiasi, alat kelamin dan sel kelamin seringkai mempunyai perbedaan yang signifikan. Perbedaan inilah yang menjadikan adanya kombinasi materi genetik dari dua individu dan menyebabkan adanya kemungkinan diversitas genetik. Organ yang ada pada makhluk hidup tingkat tinggi meliputi genitalia eksterna (penis dan vulva) dan genitalia interna (testis dan ovarium). Jika terjadi suatu kelainan dalam sistem reproduksi, maka akan sangat berpengaruh pula pada kemampuan gamet untuk melakukan fungsinya. Kualitas sistem reproduksi dapat dilakukan pada level gamet, misalnya dilakukan analisis terhadap sperma atau ovum. Analisis sperma adalah pemeriksaan untuk menilai ciri dan mutu spermatozoa dalam air mani, agar dapat dinilai apakah terdapat ketidaknormalan yang dapat mengganggu kesuburan dan menghambat terjadinya pembuahan (The Fertility Institute, 2009).


Analisis Kualitas Sperma

Analisis sperma meliputi volume, konsentrasi, motilitas, dan morfologi. Volume sperma yang normal pada sekali ejakulasi saja minimal adalah 2 ml. Jika kurang dari jumlah tersebut, maka disebut aspermia yang berarti tidak ada semen. Konsentrasi sperma pada ejakulat yang normal paling sedikit adalah 20 juta/ml. Bila kurang, disebut oligozoospermia. Atau jika sperma tidak ditemukan sama sekali pada cairan ejakulat, disebut azoospermia. Motilitas sel sperma yang normal, baik yang lemah dan yang cepat adalah lebih dari 50%, atau >25% sel sperma yang bergerak cepat, jika kurang, disebut asthenozoospermia. Pada morfologi yang normal tidak didapatkan kelainan bentuk. Namun jika bentuk normal dijumpai kurang dari 15%, maka termasuk teratozoospermia. Uji-uji lain selain analisis sperma adalah Uji MAR yaitu untuk menguji adanya penyakit autoimun dimana didapatkan antibodi antisperma. Uji lain adalah uji viabilitas sperma, penghitungan leukosit, kultur bakteri, uji Chlamidya PCR, dan interaksi sperma dengan lendir serviks

Sperma yang kurang baik tidak akan mampu membuahi sel telur yang letaknya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat saja tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kualitas dan kuantitas sperma.
Berdasarkan hasil analisa sperma dapat diketahui kelainan kelainan pada sperma seperti :
  1. Oligospermia : jumlah sperma lebih kecil dari normal, normalnya jumlah sperma adalah lebih dari 40 juta/ ejakulasi
  2. Asthenozoospermia : motilitas sperma kurang dari normal, motilitas sperma yang normal menurut World Health Orgaization (WHO) adalah lebih dari 50%
  3. Teratozoozpermia : sperma normal kurang dari 14%

Pergerakan sperma atau sperm motility mempelajari jumlah sperma yang bergerak dan terlihat dalam spesimen ejakulat. Motilitas sperma adalah salah satu fungsi sperma yang tergantung pada suhu, sehingga setiap perlakuan yang dilakukan dalam analisis kualitas sperma sangat penting untuk diperhatikan. Sehingga sangat disarankan untuk melakukan analisis sesegera mungkin setelah sperma dikeluarkan atau proses pengeluaran dilakukan di dalam laboratorium dimana dapat diatur kondisinya. Sperma diketahui tidak akan dapat hidup dalam jangka waktu yang lama dalam semen, dan di luar semen, sperma akan secara cepat meninggalkan semen untuk memasuki mukus serviks. Motilitas normal sperma yaitu sebesar 60% atau lebih. Namun ada pula yang menganggap bahwa nilai motilitas sperma sebesar 40% masih dianggap normal.
Beberapa kelainan yang berkaitan dengan motilitas sperma antara lain asthenozoospermia dan necrozoospermia. Asthenozoospermia adalah penurunan motilitas sperma. Jika ditemukan, maka dapat diakibatkan oleh adanya kondisi laboratorium yang tidak mendukung, adanya abnormalitas spermatogenesis, masalah dalam maturasi sperma dalam epididimis, abnormalitas transport, dan adanya varicocele., sedangkan necrozoospermia adalah tidak adanya gerakan sperma sama sekali. Namun, pada dasarnya sperma yang mengalami necrozoospermia termasuk sperma yang normal dalam hal materi genetiknya (The Fertility Institute, 2009).


Pengamatan Ovarium

Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin betina pada hewan dan manusia.Pada makhluk vertebrata termasuk manusia, mempunyai dua buah ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Ovarium pada hewan betina merupakan gudang dan tempat produksi oosit. Setiap ovarium mengandung oosit dalam jumlah yang sangat banyak, tetapi hanya sedikit sekali dari jumlah oosit tersebut yang dimatangkan dan diovulasikan selama masa subur atau pada masa reproduktif. Meskipun secara in vitro atau superovulasi dapat dihasilkan oosit matang (mature oocytes) dalam jumlah yang lebih banyak, dari jumlah itu masih sedikit sekali oosit yang dapat difertilisasi (Sumarmin, dkk., 2007).

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan (Klik Dokter, 2008).

Siklus ovarium :

  1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
  2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari

Cara kerja

  1. Pengamatan Kualitas Sperma Sapi: Sperma yang digunakan dalam praktikum ini adalah sperma sapi straw dan sperma sapi afkir. Sperma sapi straw pertama kali dimasukkan dalam water bath pada suhu 37°C. Kemudian diletakkan pada gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup dan diamati pergerakan atau motilitas, dan bentuk sel-sel sperma tersebut. Pengamatan sperma afkir dilakukan dengan meletakkan sperma di dalam cawan petri dan diukur pHnya menggunakan indikator pH, diukur kekentalan atau viskositasnya, dan diamati menggunakan mikroskop cahaya untuk pergerakan dan bentuk selnya.
  2. Pengamatan Ovarium Kambing: Ovarium kambing diletakkan dalam cawan petri dan diamati bentuk folikel yang ada di permukaan ovarium. Jika ada, diamati adanya folikel primer, sekunder, de graaf, dan adanya corpus luteum. Selain itu, dapat pula dilakukan pembedahan untuk mengamati anatomi ovarium

untuk hasil dan pembahasan yang lengkap tentang pengamatan tersebut, silakan ikuti link di bawah ini untuk mendownload file pdf-nya.

DOWNLOAD FILE: ANALISIS SPERMA DAN OVARIUM



Selamat belajar!!...

Ingat, piracy is a CRIME!!...

Read More..

Pembuatan Preparat Whole Mount Lumut (Mikroteknik)

Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Metode Whole Mount merupakan metode dimana objek yang akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop. Struktur yang dapat diamati menggunakan metode Whole Mount ini adalah struktur reproduksi maipun struktur vegetatif pada suatu organisme (Biochem, 2008). Struktur tubuh tumbuhan lumut sangat sederhana. Tumbuhan lumut dapat dijumpai di berbagai tempat. Jumlah tumbuhan lumut sanagt berlimpah. Meskipun tumbuhan lumut menyukai tempat yang lembab, tumbuhan lumut juga dapat hidup di daerah gurun, Lumpur, dan sungai. Tumbuhan lumut dapat berperan sebagai pioneer maupun sebagai obat untuk beberapa jenis penyakit (Parmentier, 2000).

CARA KERJA

Untuk melakukan praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan tumbuhan lumut sejumlah anggota kelompok, kemudian dicuci dengan air mengalir hingga berseih. Setelah itu dimasukkan kedalam larutan FAA (Alkohol 70%) overnight selama 1-2 hari. Kemudian dilakukan pencucian menggunakan aquades hingga beberapa kali. Masukkan lumut kedalam larutan clearing dan staining selama 2 hari. Lakukan dehidrasi seri alcohol 15-30-50-70-80-90-100% masing-masing selama 5-10 menit. Setelah itu masukkan kedalam larutan xilol:alcohol 1:3, 1:1, 3:1 masing-masing selama 5-10 menit. Kemudian masukkan kelarutan xilol I dan xilol II masing-masing selama 5-10 menit. Tahap yang terakhir adalah melakukan penutupan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembuatan preparat dengan metode Whole Mount (Bennett, 2005):

  1. Lamanya waktu fiksasi. Jika fiksasi dilakukan terlalu lama, mengakibatkan jaringan pada objek rusak.
  2. Lamanya waktu staining. Jika staining tidak dilakukan secara benar, dapat mengakibatkan objek tidak terwarnai dengan sempurna.
  3. Lamanya waktu dehidrasi. Jika dehidrasi dilakukan terlalu lama atau terlalu cepat, mengakibatkan tingkat kerapuhan akan meningkat. Jika dehidrasi dilakukan terlalu cepat mengakibatkan kemungkinan masih terdapatnya air dalam jaringan sangat besar.


untuk penjelasan yang lebih lengkap, silakan klik link di bawah ini untuk mendownload file pdf-nya.

DOWNLOAD FILE: WHOLE MOUNT LUMUT


Selamat belajar!!...

Ingat, Piracy is a CRIME!!...



Read More..

Pembuatan Preparat Parafin Jaringan Hewan (Mikroteknik)

Tanpa panjang lebar lagi, berikut ini adalah cara kerja pembuatan preparat parafin jaringan hewan...


Cara Kerja

1. Narkose
Dalam pembuatan preparat jaringan hewan dengan menggunakan metode parafin biasanya digunakan objek berupa mamalia, untuk itu perlu dilakukan proses untuk mematikan hewan yang bersangkutan. Maka biuslah hewan tersebut degan menggunakan cloroform.

2. Sectio
Bersihkan bulu-bulu dan kotoran yang menempel pada alat atau organ yang akan dibuat preparat. Organ diiris kira-kira 3-5 mm dan luas kurang lebih 1 cm2, sehingga penetrasi fiksatif terjamin sampai menyeluruh bagian organ.

3. Labelling
Flakon tempat organ yang akan difiksasi diberi label sesuai dengan jenis organnya.

4. Fiksasi
Obyek yang diinginkan dipotong lalu difiksasi dalam larutan Bouin kurang lebih selama 12-24 jam.

5. Dehidrasi
Setelah larutan fiksatif dibuang, diganti dengan alkohol 70%, 80%, 90% dan 96% masing-masing sebanyak 3x dan masing-masing selama 10 menit, dikocok dan overnight. Setelah itu, dimasukkan kedalam alkohol absolut selama 10 menit dan dikocok.

6. Dealkoholisasi
Buang alkohol dan kemudian ganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol, tetapi kemudian harus di bias dengan parafin. Yang dapat diguanakan sebagai clearing agent adalah aceton, benzol, toluol dan xilol. Clearing (dealkoholisasi) dilakukan paling lama 24 jam (overnight).

7. Infiltrasi
Infiltrasi dilakukan dalam inkubator dengan temperatur kurang lebih 55ºC atau 60ºC. Sebelum masuk keparafin murni, maka potongan organ lebih baik dimasukkan kedalam campuran xilol:alkohol 1:1 terlebih dahulu.

8. Penyelubungan
Buat kotak karton ukuran ±2x2x1.5 cm persegi. Pipet obyek dengan pipet pastur yang sudah dipotong bagian yang menyempit dengan cepat dan letakkan di kotak karton, tambahkan paraffin cair hingga kotak penuh. Kemudian biarkan blok di temperatur kamar hingga mengeras. Unrtuk pemakaian pipet sekanjutnya lewatkan di api terlebih dahulu untuk mencairkan paraffin yang menempel didinding pipet. Penyelubungan dilakukan pada parain dengan suhu 56ºC selama 12 menit.

9. Pengirisan
Rapikan blok dan bentuk blok tersebut menjadi bentukan prisma. Set mikrotom dengan ketebalan 5-10µm. Ambil potongan seri dengan kuas, letakkan pada slide yang telah diberi Mayer Albumin dan ditetesi sedikit aquades. Panaskan slide tersebut diatas hot plate yang diatur bersuhu suam-suam kuku (34-40) sampai melekat erat.

10. Pewarnaan
Masukkan preparat kedalam xylol selama 10 menit (xilol pada slide dihisap dengan menggunakan tissue hingga bener-benar kering). Kemudian letakkan atau masukkan kedalam alkohol absolut, 96, 90, 80, 70, 60, 50, 40 dan 30%. Jika telah selesai bersihkan dengan aquadest. Kemudian masukkan preparat kedalam larutan Hematoxylin selama 30 detik, celup kedalam aquadest dan kemudian cuci dengan air mengalir. Jika telah selesai masukkan kedalam alkohol 30, 40, 50, 60 dan 70% masing-masing beberapa detik saja. Masukkan preparat kedalam larutan eosin selama 1-2 menit dan kemudian masukkan kedalam alkohol 70, 80, 90, 96% dan alkohol absolut. Sbelum dimasukkan kedalam xilol, alkohol dihisap hingga benar-benar kering. Masukkan kedalam xilol selama 20 menit.

11. Mounting
Merupakan tahap pelekata. Slide ditetesi dengan enthelan dan kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass. Letakkan slide diatas hot plate agar cepat kering.

12. Labelling
Merupakan tahap pemberian label dari preparat yang kita buat. Hendaknya label memuat nama jaringan, tebal irisan, arah potongan, pewarnaan dan tanggal pembuatan.


untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai hasil dan pembahasan tentang pembuatan preparat jaringan hewan ini, silakan ikuti link di bawah ini untuk mendownload file pdf-nya...


DOWNLOAD FILE: PREPARAT HEWAN


Selamat belajar!!...


Ingat, piracy is a CRIME!!!...




Read More..

Pembuatan Preparat Parafin Jaringan Tumbuhan (Mikroteknik)

Banyak cara dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan, diantaranya adalah dengan metode parafin. Metoda ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan medode ini (Suntoro, 1983).


Metode paraffin merupakan cara pembuatan sediaan dengan menggunakan paraffin sebagai media penanamna (embedding). Langakah-langkah dalam pembuatan sediaan tersebut adalah (Tim MITEK Tumbuhan, 2002):
  1. Pematian dan fiksasi: Banyak larutan yang dapat digunakan untuk fiksasi, diantaranya adalah larutan FAA (Formaldehyde Acetic-acid Alcohol), dengan komposisi sebagai berikut: 50% atau 70% etilalkohol 90 cc, Asam asetat glacial 5 cc Formalin 40 % 5 cc. Setelah bahan dipotong kira-kira 0,5 cm segera dimasukkan ke dalam larutan FAA dengan perbandingan 1: 20 (bahan 1/20 volume FAA), tidak boleh lebih delapan potong didalam vial. Lama fiksasi dalam FAA bagi bahan yang kecil atau tipis minimum 12 jam sedangkan untuk bahan yang besar atau tebal 24 jam.
  2. Aspirasi: Aspirasi dilakukan dengan menggunakaan vakum (aspirator) dan digunakan dengan interval waktu yang pendek dan berkali-kali, dapat juga dengan menggunakan spet suntik. .
  3. Pencucian: Pencucian dilakukan 2 kali dalam waktu 3 jam dengan akohol 50%. Jumlah larutan dipakai hannya tepat menutupi bahan. 
  4. Dehidrasi dengan TBA (Tertier Butil Alkohol), serta infitrsi: Dehidrasi dilakukan dengan campuran etilalkohol dan TBA dalam konsentrasi tertentu yang masing-masing dinamai larutan Johansen I sampai V.
  5. Penanaman (Embedding): Buat kotak keras yang agak tebal dengan ukuran kira-kira 5 X 2,5 X 2 cm- (panjang X lebar X tinggi), lalu isi dengan paraffin keras yang cair dalam vial tadi, kemudian sebelum paraffin membeku masukkan bahan. Atur bahan tersebut dalam kotak kertas dengan menggunakan jarum yang dipanaskan dengan lampu alcohol atau spritus dan beri label. Setelah paraffin membeku dan bahan tidak bergoyang, letakkan kotak kertas dalam air dingin. Biarkan permukaan paraffin membeku, kemudian tekanlah seluruh kotak kedalam air sampai paraffin membeku, atau dapat juga dimasukkan kedalam freezer sampai seluruh paraffin sama sekali membeku. Baru setelah itu paraffin dapat dikeluarkan dari kotaknya.
  6. Penyayatan: Potong balok paraffin menjadi balok-balok kecil yang masing-masing mengandung sebuah bahan. Balok-balok paraffin itu ditempelkan pada balok kayu menurut arah sayatan yang dikehendaki. Penempelan dilakukan dengan mencairkan sebagian balok paraffin dengan jarum yang telah dipanasi, kemudian meletakkan balok paraffin pada kayu. Lakukan hal itu beberapa kali sehingga balok paraffin menempel dengan kuat pada balok kayu. Permukaan dari balok paraffin yang telah ditempelkan sebaiknya empat persegi atu bujur sangkar. Perhatikan bahwa sisi horizontal harus benar-benar sejajar. Bahan yang ada dalam balok paraffin disayat dengan mikrotom putar (rotary microtome). Sebelum dipotong balok yang telah ditempeli bahan dan pisau didinginkan dahulu dengan air dingin (kulkas), sehingga suhu paraffin sama dengan suhu pisau. Balok kayu yang telah ditempel dengan balok paraffin dipasang pada pemegang yang terdapat pada mikrotom. Aturlah tebal sayatan (biasanya antara 6-15 mikron) dengan memutar skrup pada sisi kanan mikrotom. Pasang pisau pada mikrotom. Pada waktu pemutar mikrotom dijalankan, bahan dalam paraffin yang telah diletakkan pada pemegang bergerak naik turun dan maju kedepan. Peganglah sayatan-sayatan paraffin yang berbentuk pita itu dengan kuas halus. Pita paraffin hasil sayatan disimpan pada kotak karton atau baki preparat. Sebaiknya pemotongan dilakukan di ruangan ber-AC.
  7. Penempelan sayatan: Cara penempelan adalah sebagai berikut:
  • Teteskan larutan perekat pada kaca obyek sebesar tetesan kecil, gosok perekat tersebut sampai rata pada kaca obyek dengan ujung jari hingga membentuk lapisan tipis.
  • Teteskan larutan formalin diatas kaca obyek yang telah diberi perekat tadi. Letakkan sayatan diatasnya, dan letakkan kaca obyek tersebut diatas papan pemanas selama 30 menit. Usahakan agar sayatan paraffin merata pada permukaan kaca obyek. Amati dibawah mikroskop diseksi. Periksa apakah sayatan bahan telah rata benar.
  • Isaplah kelebihan larutan formalin yang terdapat pada sisi sayatan dengan kertas pengisap.
      8. Pewarnaan: Untuk mewarnai bahan yang telah ditempel tersebut adalah dengan cara merendamkan kaca obyek tersebut kedalam bejana pewaarna (bejana coplin), biasanya dibutuhkan bejana coplin tersebut kira-kira 12 buah, tergantung dengan pewarna yang kita pakai. Masing-masing bejana diberi label dengan nama zat yang berada didalamnya, demikian pula dengan tutupnya.
Pewarnaan Safranin - Fast Green:
Xilol 100 % 2 -5 menit
Alkohol 100 % 2 -5 menit
Alkohol 95 % 2 -5 menit
Alkohol 70 % 2 -5 menit
Safranin 1 % dalam Alkohol 70 % 12 jam – 1 malam
Alkohol 95 % 2 -5 menit
Fast green 0,1 % dalam Alkohol 95 % 5 – 15 detik
Alkohol 100 % I 2 -5 menit
Alkohol 100 % II 2 -5 menit
Alkohol 100 % : Xilol 100 % 1: 1 2 – 5 menit
Xilol I 2 – 5 menit
Xilol I 2 – 5 menit
Diperiksa dibawah mikroskop apabila sudah terlihat warna yang kontrase baik maka diberi canada balsam lalu ditutup dengan kaca penutup.

berikut ini adalah salah satu hasil dari pengamatan jaringan tumbuhan yang sudah di jadikan preparat




untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai metode pembuatan preparat parafin jaringan tumbuhan ini, silakan download file lengkapnya (pdf) dengan mengikuti link di bawah ini...


DOWNLOAD FILE: PARAFIN TUMBUHAN


Selamat belajar!!!...

Ingat, piracy is a CRIME!!!....

Read More..

Analisis Mitosis Akar Bawang Merah Dengan Metode Squash (Mikroteknik)

Mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung. Hal ini dikarenakan pada pembelahan sel secara mitosis terdapat adanya tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan (fase-fase) yang terdapat pada pembelahan mitosis ini meliputi: profase, metafase, anafase, dan telofase. P sel paling banyak dijumpai pada bagian akar yaitu ujung akar. Pada mitosis, bahan inti sel terbagi sedemikian rupa sehingga dari satu sel dihasilkan dua buah sel anakan. Mitosis merupakan alat untuk duplikasi teratur (dalam fase S) dan pemisahan (pada anafase) kromosom. Biasanya, mitosis diikuti dengan pembelahan sel yang disebut dengan sitokenesis dimana sel akan terpisah menjadi dua (Kimball, 1999). Oleh karena mitosis merupakan peristiwa yang penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme, dalam hal ini adalah tanaman dan juga dapat bermanfaat untuk berbagai hal. Misalnya untuk melakukan sebuah penelitian sehubungan dengan pertumbuhan serta perkembangan tanaman.

Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang). Proses pembelahan secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang identik dan bertujuan untuk mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti secara berturut-turut (Starr, 1992). Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Digunakan akar bawang merah (Allium cepa) karena jaringan akar bawang merah (Allium cepa) merupaskan jaringan yang mudah ditelaah untuk pengamatan mitosis (Gregory, 2008.).
Proses mitosis ini terjadi bersama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan menghasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing tetap diploid serta memiliki sifat keturunan yang sama dengan sel iduknya.]
Urut-urutan terjadinya mitosis adalah sebagai berikut:

  1. Profase: Proses terjadinya fase profase ditandai dengan hilangnya nucleus dan diganti dengan mulai tampaknya pilinan-pilinan kromosom yang terlihat tebal.
  2. Metafase: Ciri utama fase ini adalah terbentuknya gelendong pembelahan, gelendong pembelahan ini dibentuk oleh mikrotubula. Gelendong ini membentuk kutub-kutb pembelahan tempat sentromer mikrotubula bertumpu.
  3. Anafase: Pada fase ini kromosom yang mengumpul di tengah sel terpisah dan mengumpul pada masing-masing kutub, sehingga telihat adal dua kumpulan kromosom.
  4. Telofase: Telofase adalah fase finising, dalam telofase ada dua tahap yaitu telofase awal dan telofase akhir. Pada telofase awal terlihat mulai ada sekat yang memisahkan antara sel-sel anak. Sedang pada telofase akhir terlihat sel-sel anak sudah benar-benar terpisah.

Waktu yang dibutuhkan pada masing-masing dase dalam siklus sel adalah berbeda-beda, G1 berlangsung selama 5 jam, S berlangsung selama 7 jam, G2 berlangsung selama 3 jam, mitosis berlangsung selama 1 jam (profase selama 36 menit, metaphase selama 3 menit, anaphase selama 2 menit dan telofase selama 18 menit). Padas el akar bawang merah, dalam menyelesaikan 1 siklus selnya diperlukan waktu 16 jam dimana interfase merupakan fase terpanjang dalam siklus sel. Sedangkan mitosis memiliki waktu yang paling pendek dalam siklus sel (Adrian dan Ray, 1952).

CARA KERJA

Hal pertama yang harus dilakukan dalam praktikum inii adalah menyemaikan bawang merah dan jika setelah muncul akarnya kira-kira 0.5-2 cm cabut akar tersebut. Potong akar dari ujung sepanjang 0.5 cm. Dipindahkan ke botol film berisi larutan HCl alkohol selama 10 menit, setelah itu dipindahkan ke botol film berisi larutan carnoy selama 10 menit. Jika telah selesai, objek diletakkan di objek glass, ditetesi dengan acetocarmine dan dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu, dipotong ujungnya kira-kira 0.2 cm dan ditutup dengan cover glass dan tekan perlahan dengan ujung pensil. Kemudian diamati dibawah mikroskop (diamati 2/ 3 fase dan difoto).


untuk penjelasan lebih lanjut mengenai hasil dan pembahasannya (gambar hasil pengamatan), silakan download file .pdf-nya dengan mengikuti link berikut ini..


DOwnload File : Metode Squash



Read More..

PEMBUATAN PREPARAT APUSAN DARAH (Mikroteknik)

Terdapat berbagai cara untuk membuat suatu preparat. Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Sediaan apusan merupakan pembuatan preparat dengan menggunkan bahan berupa zat cair. Fungsi pembuatan preparat apusan adalah untuk mengamati sel-sel dalam cairan tubuh, misalnya pada darah (Malariasite, 2008). Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Darah manusia bewarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen (Vanderbilt, 2002).

Upaya untuk membantu dan mempermudah suatu pengamatan terhadap benda yang berukuran kecil/ mikro sangat banyak sekali. Banyak metode yang telah dikembangkan dan semakin lam metode tersebut semakin maju. Sehingga dari kemajuan metode tersebut diharapkan sesuatu yang didapatkan dapat lebih banyak lagi. Berikut ini merupakan beberapa macam dari preparat (Wienholds dan Kloosterman, 2002).
Macam preparat:
  1. Preparat sementara: Tidak tahan lama, mediumnya air atau bahan kimia yang mudah menguap
  2. Preparat semipermanen: Medianya adalah gliserin (tahan 1 pekan)
  3. Preparat Awetan: Jika telah diproses secara histologis kemudian diawetkan dengan Canada Balsam. Canada Balsam larut dalam xylol.

Macam preparat berdasar metode pembuatan:
  1. Whole mount : Yaitu membuat sediaan utuh, Contoh: sel tumbuhan/ hewan
  2. Smear (ulas): Yaitu dengan mengulaskan/ menggoreskan di atas obyek glass sehingga mendapatkan selaput tipis, Contoh: pollen, darah, ulas vagina (utk mengetahui hewan bunting atau tidak), tumbuhan sekulen.
  3. Squash: Yaitu ditekan dengan gelas penutup, Contoh: mitosis ujung akar bawang merah
  4. Section: Yaitu dengan fiksasi (tergantung bahan) tumbuhan lebih lama butuh waktu efektif: kurang lebih 3 hari
  5. Marserasi: Yaitu memisahkan serat-serat dari pohon kayu yang keras.

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri dari (Shvoong, 2008):
  1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
  2. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%) Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. 
  3. Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.

Cara Kerja

Langkah pertama dalam melakukan pembuatan preparat ini adalah dengan mengambil darah dari jari, dan jari yang akan diambil darahnya harus digosok dengan alkohol 70% pada bagian jari yang akan ditusuk. Dihapus tetes-tetes pertama (2-3) dengan menggunkan kertas penghisap/ kertas tissue, baru tetes berikutnya diteteskan pada gelas obyek sedemikian rupa sehingga merupakan lingkaran dengan diameter ± 2-3 mm. Gelas obyek diletakkan pada sisi/ tepinya yang pendek di muka tetesan darah tersebut lalu tariklah kebelakang sedikit sampai menyentuh lingkaran darah tersebut hingga timbul kapiler yang menyebabkan darah merata kekiri dan kekanan tepi gelas objek pertama. Sudut diantara kedua gelas objek sebaiknya ± 45º. Gelas objek ke dua didorong maju dengan kekuatan dan kecepatan yang sama supaya mendapatkan film darah yang tipis dan sama rata.


cara membuat preparat blood smear (apusan darah)

Setelah didapatkan film darah yag tipis, kemudian dicuci dengan air mengalir dan kering anginkan. Setelah itu, preparat apusan dimasukkan kedalam larutan metil alkohol selama 5 menit, jika telah selesai preparat tersebut dimasukkan kedalam pewarna giemsa selama 30 menit. Kemudian dicuci dengan air mengalir selama 5 menit dan dikeringkan. Jika preparat telah kering, preparat tersebut siap diamati dengan menggunakan mikroskop.


untuk hasil dan pembahasan lebih lanjut, silakan download file .pdf-nya dengan mengikuti link di bawah ini...

DOWNLOAD FILE: Pembuatan Preparat Apusan


Selamat belajar!!..

Ingat, Piracy is a CRIME!!...


Read More..

ANALISIS DAN IDENTIFIKASI PLANKTON (Laporan Praktikum)

Tanpa ba bi bu lagi..ini penggalan laporan praktikum saya beberapa semester yang lalu....silakan dicermati, ambil yang bener, dan tinggalkan yang ngasal,,hehehe....


ABSTRAK

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan semua makhluk hidup, salah satunya adalah plankton. Plankton terdiri dari dua jenis yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton, adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran kecil, ia melayang-layang di air. Zooplankton, adalah sebuah koloni (kelompok) yang terdiri dari berbagai-jenis hewan kecil yang sangat banyak jumlahnya. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas kimia, biologi, dan fisika. Tujuan praktikum dengan topik Analisis dan Identifikasi Plankton adalah mengetahui struktur komunitas plankton di ekosistem perairan air tawar. Praktikum ini dilakukan pada dua stasiun pengambilan contoh, yaitu di Aquakultur dan Bundaran Rektorat. Penentuan sifat-sifat kimia dan fisika air yang dilakukan pada praktikum ini meliputi suhu air, kecerahan air , kedalaman air, konduktivitas, pH, DO, kadar CO2 bebas terlarut, dan salinitas. Seluruh pengukuran diatas dilakukan duplo. Pengidentifikasian dilakukan dibawah mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat hubungan antara faktor-faktor abiotik perairan, yaitu kedalaman dengan suhu dan intensitas cahaya dimana semakin dalam suatu perairan maka intensitas cahaya akan semakin rendah, yang mengakibatkan suhu semakin rendah (berbanding terbalik). Intensitas cahaya mempengaruhi kecerahan suatu perairan, dan keduanya saling berbanding lurus. pH dan kadar CO2 berbanding terbalik, dimana semakin tinggi kadar CO2, maka semakin rendah nilai pH-nya (semakin asam). Hasil pengidentifikasian pada praktium ini, menunjukkan spesies yang paling mendominasi pada Aquakultur berdasarkan nilai INP adalah Stentor dan Gonatozygon raifsii, sedangkan pada Bundaran Rektorat diperoleh spesies yang mendominasi yaitu Pleurotaenium sp. Hasil penghitungan juga menunjukkan bahwa Aquakultur indeks diversitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan kolam Bundaran Rektorat, yaitu dengan selisih 0,141196, dimana Aquakultur indeks diversitasnya sebesar 1,220599 sedangkan pada kolam Bundaran Rektorat sebesar 1.079403.

Kata kunci: Ekosistem perairan, faktor abiotik, plankton.


Cara Kerja

Pertama kali adalah diukur beberapa faktor abiotik (fisika dan kimia) yang ada pada perairan tersebut, yaitu suhu air, kedalaman, kecerahan, salinitas, tingkat keasaman (pH), konduktivitas, kadar CO2 terlarut, dan kadar O2 terlarut. Metode pengambilan contoh plankton yaitu dengan menggunakan water sampler sebanyak 1 liter yang kemudian dituangkan ke dalam jaring plankton. Setelah air yang ada dalam water sampler habis, jaring-jaring plankton yang digunakan untuk menyaring dibersihkan dengan aquades agar plankton yang ada di jaring dapat masuk keadalam penampung yang ada dibawah. Kemudian air hasil saringan dimasukkan ke dalam botol vlakon, ditambahkan larutan formalin 4% sebanyak 5 tetes dan larutan CuSO4 jenuh sebanyak 3-4 tetes, kemudian di hitung volume air yang terkonsentrasi di dalamnya menggunakan rumus penghitugan volume tabung. Langkah-langkah tersebut diatas dilakukan pada setiap stasiun pengambilan contoh, yaitu di Aquakultur dan Bundaran Rektorat. Contoh plankton yang telah tersaring dalam tabung pengumpul kemudian di masukkan dalam Counting Chamber (1 ml) dan diusahakan agar tidak terdapat gelembung udara ketika Counting Chamber ditutup, dan diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran rendah agar didapatkan gambaran umum terlebih dulu kemudian dilanjutkan pada perbesaran yang sesuai. Penghitugan plankton dilakukan pada 5 lapang pandang (5 kolom). Diamati spesies apa saja yang ada pada lapang pandang tersebut dan diidentifikasi nama spesiesnya, kemudian dilakukan penghitungan untuk tiap spesies pada tiap lapang pandang tersebut hingga lapang pandang kelima, organisme yang terletak di baris batas bagian atas atai kiri counting chamber tiap lapang pandang tetap dimasukkan dalam penghitungan, sedangkan pada bagian kanan atau bawah tidak dimasukkan perhitungan. Untuk menentukan kerapatan masing-masing jumlah organisme yang ditemukan per liter, digunakan rumus di bawah ini untuk menentukan pengali yang digunakan untuk mengubah jumlah organisme dari 5 lapang pandang menjadi jumlah organisme per liter.



Temen-temen yang mau download file.doc-nya untuk mendapatkan keterangan tentang hasil dan pembahasannya (tabel, gambar, dll) silakan ikuti link di bawah ini...

DOWNLOAD FILE

Selamat belajar!!...

Ingat, piracy is a CRIME!!....


Read More..

PENENTUAN FAKTOR ABIOTIK PERAIRAN TAWAR (laporan praktikum)

langsung aja, checkdatout!!


ABSTRAK

Faktor-faktor abiotik dan biotik dalam ekosistem perairan membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi. Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan analisis fisika dan kimia air serta analisis biologi. Tujuan dilaksanakannya praktikum tentang penentuan faktor abiotik perairan tawar adalah mempelajari karakteristik sifat kimia dan fisik ekosistem perairan tawar. Praktikum ini dilaksanakan dengan menentukan sifat-sifat kimia dan fisika air yang meliputi suhu air dengan termometer, kecerahan air yang diukur dengan secchi disc, kedalaman air yang diukur dengan tali, konduktivitas yang diukur dengan konduktivitimeter, pH yang diukur dengan pH meter portabel, DO yang diukur dengan metode winkler, kadar CO2 bebas terlarut yang diukur dengan metode alkalimetri, salinitas yang diukur dengan refraktometer serta TOM serta nilai permanganat yang di ukur setelah suhu 40 – 600 C. Seluruh pengukuran diatas dilakukan duplo. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat hubungan antara kedalaman dengan suhu dan intensitas cahaya dimana semakin dalam suatu perairan maka intensitas cahaya akan semakin rendah, yang mengakibatkan suhu semakin rendah (berbanding terbalik). Intensitas cahaya mempengaruhi kecerahan suatu perairan, dan keduanya saling berbanding lurus. Begitu juga dengan BOD dan DO yang juga berbanding lurus. pH dan kadar CO2 berbanding terbalik, dimana semakin tinggi kadar CO2, maka semakin rendah nilai pH-nya (semakin asam).

Kata kunci: Ekosistem perairan, Faktor abiotik, Interaksi, Sifat fisika air, Sifat kimia air


Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan biotik yang membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi. Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air yang tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Jorgensen and Vollenweiden, 1989). Habitat air tawar dapat dibagi menjadi 2 seri, yaitu :
  1. Air tergenang, atau habitat lentik (berasal dari kata lenis berarti tenang) : danau, kolam, rawa atau pasir terapung
  2. Air mengalir, atau habitat lotik (berasal dari lotus berarti tercuci) : mata air, aliran air (brook-creek) atau sungai.

Kualitas suatu perairan ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologis dari perairan tersebut. Interaksi antara ketiga sifat tersebut menentukan kemampuan periairan untuk mendukung kehidupan organisme di dalamnya. Kualitas air mempengaruhi jumlah, komposisi, keanekaragaman jenis, produksi dan keadaan fisiologi organisme perairan.
Habitat air tawar menempati daerah yan relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya, sedangkan sifat fisik, kimia, dan biologi perairan seperti suhu, kecerahan, kedalaman, konduktivitas, pH, alkalinitas, kadar oksigen terlarut (DO), sangat mudah berubah. Oleh karena itu diperlukan suatu cara tertentu untuk menentukan kualitas perairan baik secara kualitatif maupun kuantitatif


LONCAT KE KESIMPULAN AJA YAH....


Kesimpulan

Karakteristik dari perairan tawar dapat dilihat dari suhu, kedalaman air, kecerahan, dan konduktivitas. Hubungan antara kedalaman terhadap suhu dan intensitas cahaya adalah berbanding terbalik, yaitu jika kondisi perairan semakin dalam maka intensitas cahaya akan semakin rendah dan mengakibatkan suhu air tersebut rendah pula. Intensitas cahaya dan kecerahan air adalah berbanding lurus, yaitu jika intensitas cahaya naik maka kecerahan air juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Kecerahan pada lokasi pengukuran termasuk dalam kategori perairan berkecerahan baik. Konduktivitas dipengaruhi oleh komposisi, jumlah ion terlarut, salinitas dan suhu. Hasil pengukuran menunjukkan rata-rata konduktivitas perairan adalah 0,3388 μS/cm. Beberapa karakteristik kimia dapat dilihat dari pengukuran pH, salinitas, kadar oksigen terlarut (DO), kadar karbon dioksida bebas terlarut, BOD (Biochemical Oxygen demand), dan TOM (Total Organic Matter). pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Kondisi oksigen terlarut pada zona bersih berada pada 8 ppm, yang merupakan konsentrasi normal DO di perairan dan BOD pada kondisi yang rendah. Kadar karbon dioksida tinggi menunjukkan lingkungan air yang asam meskipun demikian karbon dioksida diperlukan dalam proses pem-buffer-an. TOM dapat berupa autochthonous, yang berasal dari perairan itu sendiri seperti pembusukan organisme mati oleh detritus, aktifitas perifiton, makrofita dan fitoplankton.


buat sobat yang mau liat hasil dan pembahasannya, silakan download file .doc-nya di link di bawah ini


DOWNLOAD FILE


Read More..

ESTIMASI KOMUNITAS HEWAN TANAH (laporan praktikum)

hoooaammmmm.....ngantuk banget jam segini, langsung aja ya, silakana di baca, dan diresapi...


Komunitas adalah suatu perkumpulan dari populasi spesies yang berkumpul bersama-sama dalam suatu tempat dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk membentuk suatu kesetimbangan. Pengertian ini biasa juga disebut komunitas biotik. Usaha dalam bidang konservasi yang kita lakukan memerlukan kerjasama, baik itu dengan suatu spesies, populasi, komunitas, atau ekosistem. Pada masa lalu, para ahli konservasi (Conservationist) sering memusatkan kegiatan atau usaha mereka pada spesies individual dan populasinya. Namun sekarang, bagaimanapun juga, ahli biologis yang berkegiatan dalam konservasi menyadari bahwa spesies individual tidak dapat hidup tanpa spesies yang lain, atau tidak dapat bertahan jika tidak terjadi interaksi antara mereka dengan lingkungan (faktor biotik dan abiotik). Sehingga praktikum dengan topik ”Estimasi Komunitas Hewan Tanah” perlu dilakukan untuk mengetahui peranan tiap spesies atau populasi di dalam komunitas yang dibentuk serta pengaruhnya terhadap lingkungan, misalnya tanah, dan lain-lain.


Langkah pertama yang dilakuan adalah membuat jebakan pada lokasi yang ditentukan dengan menggunakan botol jebak. Pada lokasi yang ditentukan, dibuat lubang dengan cetok sebesar ukuran botol jebak. Botol jebak yang sebelumnya telah diisi oleh larutan alcohol 70 % kurang lebih setinggi 1,5 hingga 2 cm ditanam pada lubang yang telah dibuat. Bibir botol dibuat rata dengan permukaan tanah. Pada tahap kedua dilakukan pengambilan hasil jebakan setelah selang waktu tertentu. Botol dipasang tutup spons lalu, diambil dari lubang dengan hati – hati agar tidak ada tanah atau kotoran yang jatuh ke dalam botol. Tutup botol dilepas kemudian hewan yang tertangkap dipindahkan dalam cawan petri dengan menggunakan kuas kecil. angkah ketiga adalah pengidentifikasian hewan yang ditemukan paling tidak sampai tingkat ordo. Langkah keempat dilakukan perhitungan kerapatan masing – masing hewan tanah yang ditemukan. Langkah yang terakhir adalah pengkompilasian data seluruh kelompok. Selanjutnya dilakukan penentuan besar populasi, struktur komunitas, dan diversitas fauna tanah di dua lokasi. Selanjutnya, ditentukan struktur komunitas berdasarkan fungsi ekologis masing – masing taksa.


Loncat ke Kesimpulan langsung yaaa..


Pengamatan yang dilakukan pada dua tempat menggambarkan adanya perbandingan komposisi taksa yang aktif hidup disana. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dalam proses praktikum didapatkan bahwa terdapat berbagai macam jenis hewan yang aktif di permukaan tanah. Hewan-hewan ini memiliki peranan yang sangat penting bagi lingkungannya. Antara lain adalah fungsi sebagai predator, dekomposer, transformer (pengubah bentuk), dan Engineer. Fauna yang ditemukan mendominasi permukaan tanah di Kebun Ekologi adalah adalah kelompok taksa Formicidae dengan INP 41,63%, sedangkan tanah di Lapangan voli didominasi oleh Paduridae dan Formicidae dengan INP masing-masing 36,97% dan 43,32%. Dari hasil pengamatan, diketahui pula okasi yang memiliki diversitas paling tinggi adalah pada lapangan voli. Hal ini dapat terjadi karena pada lapangan voli terdapat bermacam-macam jenis tumbuhan/rumput-rumputan sebagai pendukung kehidupan dari bermacam-macam fauna yang hidup di daerah tersebut.


buat sobat yang mau liat hasil dan pembahasannya, silakan download file .doc-nya di link di bawah ini


DOWNLOAD FILE



Selamat belajar!!..

Ingat, piracy is a CRIME!!...



Read More..

PENENTUAN FAKTOR BIOTIK LINGKUNGAN TERESTRIAL (laporan praktikum)

Komunitas adalah sekumpulan populasi yang menempati satu wilayah secara berdampingan dan saling berinteraksi. Pada umumnya suatu komunitas diberi nama sesuai dengan jenis vegetasi yang paling dominan atau sifat universal dari vegetasi yang dominan. Misalnya komunitas padang rumput yang didominasi oleh vegetasi rumput. Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari komposisi suatu vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983). Sangat penting bagi kita untuk dapat mengetahui komposisi suatu komunitas. Dengan mengetahui hal tersebut kita dapat memperkirakan organisme apa saja yang mungkin dapat hidup di komunitas tersebut. Selain itu kita juga dapat mengetahui seberapa besar daya dukung komunitas tersebut bagi kehidupan kita.

METODOLOGI

Praktikum ekologi dengan topik Analisis Komunitas Tumbuhan dilakanakan pada tanggal 16 April 2008 pada pukul 13.00-16.30 WIB di lapangan voli Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang dan kebun Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam bagian belakang dekat dengan lapangan parkir.
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Dalam metode ordinasi pengambilan plot dapat dilakukan secara random, sistematik atau secara subjektif atau gradien faktor lingkungan tertentu.Data vegetasi yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui Kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks nilai penting. Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300. Keanekaragaman jenis dapat disajikan dalam bentuk suatu nilai indeks dengan menggunakan indeks Simpson (Muller dkk., 1974).
Langkah kerja yang dilakukan yaitu meliputi mempersiapkan segala macam peralatan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi. Alat yang dipersiapkan meliputi jas hujan dan payung, alat tulis, kalkulator bagi tiap praktikan. Setiap kelompok mendapat alat berupa paku, tali rafia, dan meteran. Langkah pertama adalah mengamati ekosistem lapangan voli. Di tempat tersebut diamati komunitas rumput secara fisiognomi (penampakan) sama dan saling berdekatan. Tiap kelompok mendapat wilayah berupa petak dengan ukuran 1m2. Petak dibuat dengan menggunakan tali rafia dengan masing-masing sudut diikatkan dengan paku yang ditancapkan ke dalam tanah. Selanjutnya dilakukan analisis vegetasi secara kuantitatif di lokasi tersebut. Hal yang pertama dilakukan menentukan banyaknya spesies rumput di bagian tersebut dan bila memungkinkan mencari nama spesies tiap rumput dari buku literatur yang telah tersedia. Berikutnya ditentukan kerapatan masing- masing dan dilanjutkan dengan menentukan kerimbunan (dominansi). Frekuensi, dan penguasaan tiap spesies yang ditemukan serta indeks diversitasnya. Setelah melakukan tahap-tahap tersebut di lapangan voli selanjutnya di kebun ekologi. Di tempat tersebut dilakukan metode yang sama dengan halnya di lapangan voli. Setelah dilakukan analisis vegetasi secara vegetatif maka seluruh praktikan kembali ke laboratorium.
Di dalam laboratorium setiap kelompok menuliskan hasil analisis di papan tulis (white board) untuk memeperoleh data kelas. Data juga disimpan di dalam komputer. Selanjutnya asisten mengirim data kelas ke tiap kelompok via e-mail. Selanjutnya tiap kelompok membuat kelompok dan membuat kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman spesies didalam komunitas yaitu persekutuan spesies-spesies yang hidup cukup dekat satu sama yang lain bagi terjadinya interaksi potensial, meliputi kekayaan spesies yang ada dan kelimpahan relatif masing-masing spesies itu (Campbell dkk., 2000). Keanekaragaman hayati yang sangat tinggi merupakan suatu koleksi yang unik dan mempunyai potensi genetik yang besar pula. Namun suatu lapangan rumput yang merupakan sumberdaya alam ini telah mengalami banyak perubahan dan sangat rentan terhadap kerusakan. Struktur vegetasi berdasarkan tingkatannya menjadi lima yaitu, fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan (Muller dkk., 1974).
Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
  1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.
  2. Sebaran, horisontal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
  3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas

Berdasarkan perhitungan yang tercantum pada lampiran, diketahui bahwa spesies yang memiliki nilai kerapatan paling tinggi pada vegetasi kebun Ekologi adalah Axonopus compresus, yaitu 6760 individu/petak, sedangkan pada vegetasi lapangan voli, kerapatan yang paling tinggi adalah spesies Desmodium trifolium yaitu 7268 individu/petak. pada kebun Ekologi, nilai frekuensi yang paling tinggi dimiliki oleh Axonopus compresus dengan nilai 0,83. Pada lapangan Voli, nilai frekuensi yan paling tinggi, dimiliki oleh Desmodium trifolium sebesar 1, yang juga memiliki nilai kerimbunan yang paling tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai Frekuensi, kerapatan dan nilai kerimbunan saling mempengaruhi dan berbanding lurus.
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran suatu jenis-jenis dalam suatu areal. jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Dominasi suatu merupakan nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis terhadap komunitas (Barbour, 1980).
Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Greigsmith, 1983).


Indeks Nilai Penting dari setiap spesies pada kebun Ekologi dan Lapangan Volley memiliki perbedaan, yaitu pada kebun Ekologi spesies yang mendominasi adalah Axonopus compresus dengan INP sebesar 164.09%,sedangkan pada lapangan Voli spesies yang mendominasi adalah Cynodon dactylon dan Cyperus killinga dengan INP berturut-turut sebesar 485.65% dan 441.46%.

Hasil perhitungan Nilai Indeks Diversitas (HI) sebagaimana ditunjukkan oleh diagram lingkaran pada gambar 3 menggambarkan nilai HI di lapangan voli lebih besar daripada di kebun Ekologi. Nilai indeks diversitas di lapangan voli sebesar 2,07; 57%, sedangkan indeks diversitas di kebun Ekologi sebesar 1,53; 43%. Hal tersebut menunjukkan bahwa diversitas tumbuhan di lapangan voli lebih tinggi daripada di kebun Ekologi (termasuk baik atau tidak). Menurut Greighsmith (1983), tingkat keragaman spesies dikatakan tinggi jika indeks diversitasnya lebih dari 3.

Berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat diketahui bahwa pada lapangan Volley memiliki keragaman yang lebih kompleks daripada di Kebun Ekologi. Kemungkinan hal ini dikarenakan, adanya keteraturan dalam perawatan pada vegetasi kebun Ekologi tersebut. Kondisi pada Kebun Ekologi, dapat dikatakan sebagai vegetasi buatan.

Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di dalam komunitas itu terjadi interaksi antara jenis yang tinggi. Lebih lanjut dikatakan, keanekaragaman merupakan ciri dari suatu komunitas terutama dikaitkan dengan jumlah dan jumlah individu tiap jenis pada komunitas tersebut. Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis (Muller dkk., 1974)


KESIMPULAN

Pola komunitas tumbuhan dianalisis dengan metode ordinasi. Dalam metode ordinasi pengambilan plot dapat dilakukan secara random, sistematik atau secara subjektif atau gradien faktor lingkungan tertentu. Data vegetasi yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks nilai penting. Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa spesies yang mendominasi lapangan Volley adalah 164.09%, sedangkan pada lapangan Voli spesies yang mendominasi adalah Cynodon dactylon dan Cyperus killinga dengan INP berturut-turut sebesar 485.65% dan 441.46%. Selain itu juga dapat diketahui bahwa Lapangan Volley memiliki komposisi komunitas yang lebih bervariasi, dengan kata lain divesitasnya lebih tinngi dibanding dengan kebun Ekologi. Hal ini ditunjukkan dengan dengan nilai HI total dari hasil perhitungan.



jika ingin mendapatkan fulltext (pembahasan disertai gambar), silakan KLIK DI SINI (terdapat penulisan judul yang salah pada file di server upload)

Selamat Belajar!!..

Ingat, Piracy is a CRIME!!



Read More..

PENENTUAN FAKTOR ABIOTIK LINGKUNGAN TERESTRIAL (laporan praktikum)

Ini laporan praktikum yang sudah lama banget saya bikin sama temen2 saya. Alkisah, laporan ini menceritakan tentang berbagai macam teknik untuk analisis faktor abiotik yang sederhana. khususnya di darat (terestrial). Nah, dalam laporan ini juga menceritakan tentang analisis hubungan atau korelasi antar faktor abiotik yang teramati di lokasi pengambilan data. silakan di cekidoot...

ABSTRAK

Ekologi adalah kajian mengenai interaksi timbal balik individu, di antara dan di dalam populasi yang sama, atau diantara komunitas populasi yang berbeda-beda, dan berbagai faktor abiotik. Faktor-faktor abiotik dalam lingkungan makhluk hidup terdiri atas iklim mikro, faktor geografis, dan faktor edafis. Untuk mengukur parameter faktor abiotik lingkungan digunakan beberapa alat ukur untuk masing-masing komponen. Sedangkan metode pengolahan data yang dilakukan adalah pengumpulan data kelompok menjadi data kelas yang kemudian dianalisis dengan metode korelasi dengan menggunakan aplikasi komputer,yaitu software Minitab13. Pengolahan data yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui besarnya interaksi yang terjadi diantara komponen dalam faktor abiotik, berupa analisa statistika dan penyajian grafik yang memuat data-data hasil pegamatan. Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan adalah diketahui bahwa terdapat korelasi yang menunjukkan adanya interaksi antara intensitas cahaya dengan kelembaban relatif, antara kecepatan angin dengan kelembaban relatif, dan antara ketinggian dengan temperatur.

Kata kunci : faktor abiotik, interaksi

Latar Belakang

Ekosistem terestrial meliputi komponen biotik dan abiotik, faktor-faktor abiotik ini secara garis besar dapat di bagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah, sedangkan faktor kimia antara lain salinitas, PH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah (Suin ,1997). Sifat fisika tanah merujuk pada perilaku mekanik termal, optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Perilaku ini menghadirkan sejumlah parameter yang dapat diamati dan diukur. Sifat kimia tanah meliputi keasaman dan senyawa organik tanah. Keasaman bersumber dari sejumla senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena disosiasi molekul H2O lemah. Faktor abiotik lainnya adala iklim mikro (Notohadiprawiro, 1998). Iklim mikro adalah variasi iklim pada skala beberapa kilometer, meter atau bahkan centimeter, biasanya diukur dalam waktu yang terlalu pendek. Iklim mikro mempengaruhi bentuk permukaan yang meliputi ketinggian, vegetasi, warna tanah, topografi dan temperatur (Molles,2000). Adanya pepohonan mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga mempengaruhi pengadaan air dalam tanah. Tajuk pohon dan serasah mencegah jatuhnya air hujan langsung pada permukaan tanah sehingga mencegah erosi, sedangkan humus memperbesar daya serap tanah terhadap air (Soetrisno, 1988).

Untuk kelanjutan kehidupan dan menjamin kesejahteraannya, manusia tidak mungkin mengabaikan upaya mencegah degradasi bebagai fungsi tanah. Ekosistem terestrial merupakan komponen lingkungan hidup yang vital bagi makhluk hidup yang menghuninya.

Tujuan

Tujuan dilakukannya praktiku ini adalah agar praktikan mampu menggunakan teknik sederhana untuk mengukur beberapa faktor lingkungan yang termasuk iklim mikro, faktor geografis dan faktor edafis, serta praktikan dapat mempelajari interaksi diantara faktor abiotik yang diamati.


(untuk text yang lengkap (metodologi, dan pembahasan yang mencakup hasil pengamatan dan analisis serta tabel dan gambar) silakan download file .doc-nya dengan mengikuti link yang ada di bawah artikel ini)

Dari beberapa hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu dengan menggunakan teknik sederhana kita mampu mengukur beberapa factor lingkungan yang termasuk iklim mikro, faktor geografis dan faktor edafis. Intensitas cahaya dapat diukur dengan luxmeter. Temperatur udara dapat diukur dengan termometer sedangkan suhu tanah diukur dengan termometer tanah. Kelembapan relatif dapat diukur dengan psikrometer. Kecepatan angin diukur dengan anemometer. Curah hujan dapat diukur dengan bejana silinder. Dari praktikum ini dapat dperoleh korelasi yang kuat antara intensitas cahaya dengan kelembaban relatif; kecepatan angin dengan kelembapan relatif; dan temperatur dengan ketinggian. Faktor abiotik yang satu dengan yang lain ada yang memiliki keterkaitan sehingga kita perlu menjaga faktor abiotik agar tetap keseimbangan di alam dan melindungi organisme-organisme di ekosistem tersebut.


Untuk Download file, silakan KLIK SINI

Selamat belajar!!...


ingat, PIRACY IS A CRIME!!... :p


Read More..

Diversitas Bakteri Rhizosfer dan Filosfer Penambat Nitrogen pada Tumbuhan Kacang-kacangan (Leguminosae)

Saya mendapatkan topik praktikum ini ketika saya mengambil mata kuliah Mikrobiologi Lingkungan. Awalnya kami bingung, bagaimana metode untuk melaksanakan praktikum ini, karena praktikum ini adalah praktikum mandiri. Jadi semua yang dibutuhkan mulai dari alat, pengambilan sampel, serta hal-hal yang berkaitan harus kami dapatkan sendiri...tapi semuanya sudah berlalu dan akhirnya kami pun selesai dengan laporan praktikum tersebut. berikut adalah penggalan dari laporan tersebut... silakan diperiksa dan di komentari :)

ABSTRAK

Kajian mengenai diversitas mikroba sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah seluruh mikroba yang ada dialam. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa hanya sekitar 1-2% mikroba yang dapat dikulturkan di laboratorium. Tujuan dari praktikum lapang ini adalah tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui diversitas bakteri yang berada pada akar (rhizosfer) dan daun (filosfer) penambat nitrogen pada kacang-kacangan (Leguminosae) yang berada di sekitar area P-WEC dan area pertanian Desa Sumberbendo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Pengambilan sampel tanaman adalah difokuskan pada tanaman Leguminosae karena dinilai mempunyai interaksi yang sangat erat. Kultur dilakukan pada media YEMA untuk bakteri rhizosfer dan NA untuk filosfer. Analisis yang dilakukan adalah dengan metode karakterisasi koloni, penghitungan jumlah sel, TPC, dan pewarnaan Gram. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa diveristas bakteri pada tanaman kacang Berdasarkan dari hasil yang ditemukan, diketahui jumlah sel bakteri yang ditemukan di tanaman kacang kapri, yang ditemukan di lokasi sekitar kebun jeruk berjumlah 1,57 x 108 sel/ml/gram sedangkan kacang panjang sebanyak 2,10x107 ¬sel/ml/gram. Jumlah sel bakteri yang yang terbanyak untuk bagian akar ada pada tanaman kacang kapri dan yang paling sedikit adalah kacang panjang.

Kata kunci: bakteri, diversitas, filosfer, leguminosae, rhizosfer


Langsung loncat ke pembahasan yaaa...


Pembahasan

Berdasarkan dari hasil yang ditemukan, diketahui jumlah sel bakteri yang yang terbanyak untuk bagian akar ada pada tanaman kacang kapri, yang ditemukan di lokasi sekitar kebun jeruk berjumlah 1,57 x 108 sel/ml/gram bahan. Kemudian yang memiliki jumlah sel yang paling sedikit adalah kacang panjang sebanyak 2,10x107 ¬sel/ml/gram bahan. Hal ini diduga karena adanya perbedaan kondisi tanah tampat tanaman tumbuh, dimana kondisi tanah pada tempat kacang kapri tumbuh jauh lebih lembab daripada kedua lokasi pengambilan sampel lainnya. Selain itu, lokasi pengambilan sampel kacang panjang tidak selembab dua lokasi pengambilan sampel lainnya. Selain dari kelembaban dan wakter activity (AW), pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik lainnya, diantaranya adalah pH yang akan berhubungan dengan aktivitas enzim bakteri untuk menjalankan aktivitas metabolism bakteri tersebut. Suhu juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kemampuan hidup bakteri. Hal ini disebabkan suhu sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan struktur fisiknya. Selain itu tekanan osmotik yang akan berpengaruh terhadap struktur fisik dan transfer zat yang masuk dan keluar (digesti, respirasi, dan lain-lain). Setelah itu ada juga faktor lain, yaitu salinitas dan ketersediaan oksigen dan substansi lain yang dibutuhkan, misalnya sulfur, nitrogen, dan lain-lain.
Keragaman bakteri yang ditemukan dari tiap sampel memiliki perbedaan, dimana pada kacang I, terdapat 8 jenis koloni yang tumbuh pada media, yaitu 5 jenis koloni dari daun, dan 3 jenis koloni dari akar, dan kacang kapri terdapat 4 jenis koloni yang berbeda, yaitu 2 jenis koloni dari daun dan 2 jenis koloni dari akar. Kemudian untuk kacang panjang, terdapat 6 jenis koloni yang berbeda, yaitu 4 jenis koloni dari daun dan 2 jenis koloni dari akar. Sehingga dapat diketahui bahwa sampel kacang panjang adalah yang mempunyai keragaman yang paling besar daripada sampel lainnya, dan dari 8 jenis koloni yang ditemukan juga ditemukan pada dua sampel lainnya.

Diversitas bakteri di tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor kelimpahan dari bakteri tersebut, dan berikut adlah faktor spesifik untuk diversitas bakteri dari lahan tanah.

Suhu: Kodisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, karena jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya, serta batas suhu maksimum dan minimum untuk tumbuh yang dinamakan tolerensi spesies terhadap suhu. Suhu bagi tumbuh-tumbuhan merupakan faktor pengontrol bagi persebarannya sesuai dengan letak lintang, ketinggian dan sebagainya. Penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan nama-nama wilayah berdasarkan lintang buminya, seperti vegetasi hutan tropik, vegetasi lintang sedang, dan sebagainya ( Unila, 2009).

Kelembapan udara: Kelembaban berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan. Ada tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah kering, daerah lembab bahkan ada yang dapat hidup di daerah yang sangat basah.
Berdasarkan tingkat kelembaban lingkungan habitatnya,
Keberadaan mikroba di dalam tanah terutama dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika tanah. Komponen penyusun tanah yang terdiri atas pasir, debu, lempung dan bahan organik maupun bahan penyemen lain akan membentuk organik maupun bahan penyemen lain akan membentuk (Unila, 2009).

Struktur tanah : struktur tanah. akan menentukan keberadaan oksigen dan lengas dalam tanah. Dalam hal ini akan terbentuk lingkungan mikro dalam suatu struktur tanah. Mikroba akan membentuk mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut, dengan tempat pertumbuhan yang sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan yang diperlukan (Unila., 2009).



untuk fulltext-nya (.doc) yang meliputi metodologi, hasil (tabel), sobat bisa mendownloadnya dengan mengikuti link di bawah ini

Download File: Laporan Mikroling Lapang

Btw, PIRACY IS A CRIME!!!

Selamat Belajar!!....

Read More..

Metode Most Probable Number (Lagi!)

Metode Most Probable Number (MPN) digunakan untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh. kehadiran bakteri coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas). Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung untuk 10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml).

Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 35oC. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.

Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1x24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar (EMBA) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya.

Kemudian dilakukan inokulasi pada media kaldu laktosa dimana E. coli akan menghasilkan asam dan gas sedangkan bakteri yang lainnya tidak.Untuk membedakan bakteri golongan coli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 37oC (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 42oC (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42 oC, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42oC. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum.


Sumber: Widiyanti, N.L.P.M. dan N.P. Ristanti. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : 64 - 73


Read More..

Bakteri Koliform Fekal (Fecal Coliform)

koliform fekal (kadang-kadang coliform feses atau fecl coliform) adalah, bakteri fakultatif-anaerob berbentuk batang, gram negatif, dan non-sporulasi. koliform fekal mampu tumbuh dan menghasilkan asam dan gas dari laktosa dalam waktu 48 jam di 44 ± 0,5 º C.

Bakteri koliform total merupakan kumpulan mikroorganisme relatif tidak berbahaya yang hidup dalam jumlah besar di usus manusia dan hewan yang berdarah panas maupun dingin. Mereka membantu dalam pencernaan makanan. Sebuah subkelompok yang spesifik dari jenis ini adalah bakteri coliform fecal, anggota yang paling umum adalah Escherichia coli. Organisme ini dapat dipisahkan dari kelompok coliform total dengan kemampuan mereka untuk tumbuh pada suhu yang tinggi dan hanya berkaitan dengan bahan kotoran hewan berdarah panas.

Keberadaan bakteri fecal coliform di lingkungan akuatik menunjukkan bahwa air telah terkontaminasi dengan feces manusia atau hewan lain. Pada saat ini terjadi air sumber mungkin telah terkontaminasi oleh patogen atau bakteri yang menyebabkan penyakit atau virus yang juga bisa ada dalam feces. Beberapa penyakit patogen ditularkan melalui air termasuk demam tipus, virus dan bakteri gastroenteritis dan hepatitis A. Kehadiran kontaminasi tinja merupakan indikator bahwa ada potensi resiko kesehatan bagi individu terkena air ini. bakteri koliform tinja atau fekal mungkin terjadi dalam lingkungan air sebagai akibat dari meluapnya air limbah domestik atau sumber nonpoint (tanpa diketahui asalnya) dari limbah manusia dan hewan.

Fekal koliform, seperti bakteri lainnya, biasanya dapat dihambat pertumbuhannya dengan air mendidih atau dengan memperlakukan dengan klorin. Mencuci bersih dengan sabun setelah kontak dengan air yang tercemar juga dapat membantu mencegah infeksi. Sarung tangan harus selalu dipakai ketika melakukan tes coliform fecal.

Rekomendasi EPA dan untuk suplai air rumah tangga, untuk pengobatan, jumlah koliform fekal kurang dari 2000 colonies/100 mL, dan untuk Standar air minum kurang dari 1 koloni / 100 ml.


Semoga Bermanfaat dan Selamat Belajar!!....



Read More..

Hasil dan Pembahasan Uji MPN (Most Probable Number)

Ada penggalan dari laporan praktikum tentang Mikrobiologi Lingkungan yang sudah pernah saya buat bersama teman-teman saya. Nah, pada praktikum tersebut sebenarnya menggunakan metode Most Probable Number yang Umum digunakan, anda dapat mencarinya di Internet dengan bantuan search engine yang biasa anda gunakan. atau Anda dapat membacanya Di SINI, atau Di SINI, atau juga DI SINI.

Analisis Prosedur

Sampel air yang digunakan dalam praktikum Uji MPN ini didapatkan dari beberapa tempat, yaitu daerah mata air Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, air dari aliran sungai Brantas, dan air sumur di daerah Kelurahan Ketawanggede. Ketiga sample tersebut digunakan untuk mendapatkan hasil yang berbeda dan didapatkan perbandingan diantara sampel tersebut. Uji MPN digunakan digunakan karena uji tersebut sangat efektif untuk analisis kualitas air berdasarkan adanya koliform. Uji MPN tersebut terdiri dari beberapa tahapan, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test) dan uji kelengkapan (completed test).


1. Uji Pendugaan (Presumptive Test)

Uji pendugaan didasarkan pada dugaan adanya bakteri koliform pada suatu sampel air yang ada di suatu tempat. Uji pendugaan ini dilakukan dengan cara menginokulasikan sampel ke dalam media yang berupa LBG (laktosa broth ganda) dan LBT (laktosa broth tunggal). Semua tabung yang berisi LBG kemudian diberi tabung durham untuk mengetahui adanya gas yang dihasilkan oleh bakteri yang ada dalam sampel air. Sampel air yang digunakan dibuat menjadi 3 seri perlakuan. Seri pertama diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan dalam 5 tabung reaksi berisi media LBG 10 ml, seri kedua diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam LBG 10 ml, sedangkan seri ketiga diambil sebanyak 0,5 ml dalam 10 ml LBG. Ketiga seri larutan uji kemudian diinkubasi selama 24 jam. Inkubasi dilakukan untuk memberikan waktu bagi bakteri untuk tumbuh berkembang serta melakukan aktivitas metabolisme. Setelah masa inkubasi berakhir, setiap tabung reaksi diamati. Pengamatan yang dilakukan meliputi ada atau tidaknya gas yang terperangkap dalam tabung durham. Terbentuknya gas tersebut menunjukkan hasil yang positif dan dapat digunakan untuk dasar pengujian berikutnya. Selain terbentuknya gas, pengamatan juga dilakukan terhadap perubahan warna. Perubahan warna media menjadi kuning menunjukkan hasil yang positif.

2. Uji Konfirmasi (Confirmed Test)

Uji konfirmasi ini dilakukan untuk mengetahui adanya bakteri dalam air sampel. Satu mililiter dari masing-masing kultur yang menunjukkan hasil positif diinokulasikan ke dalam 2 media baru, yaitu BGLB (Brilliant Green Lactose Broth). Media ini mempunyai kemampuan untuk membatasi pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan yang dapat mengganggu pengamatan. Sebelum dilakukan inokulasi biakan atau kultur, semua tabung yang berisi BGLB kemudian diberi tabung durham untuk mengetahui adanya gas yang dihasilkan oleh bakteri yang ada dalam sampel air. Kemudian media yang telah diinokulasi dengan biakan dari media sebelumnya di bagi kembali menjadi dua perlakuan, yaitu diinkubasi selama 24 jam pada suhu yang berbeda (44oC dan 37oC). Hal ini dilakukan untuk menggolongkan jenis bakteri koliform yang ada dalam air sampel termasuk dalam golongan coli fekal atau tidak. Jika biakan dalam inkubasi 44oC tersebut menghasilkan gas, maka dapat diartikan bahwa bakteri koliform yang ada dalam media adalah coli fekal. Sedangkan jika terbentuk gas pada kultur yang diinkubasi pada 37oC, maka bakteri yang ada di dalamnya bukan termasuk golongan coli fekal.

Untuk mengetahui definisi dari koliform fekal silakan baca DI SINI

Uji penguat ini juga dilakukan dengan inokulasi bakteri yang ada dalam media ke media agar berupa EMB (Eosin Methylene Blue). Inkubasi dilakukan selama 24 jam hingga bakteri tumbuh. Pengamatan yang dilakukan meliputi warna koloni bakteri yang tumbuh. Hasil yang positif ditunjukkan dengan adanya warna hijau metalik pada koloni bakteri yang dapat diasumsikan bahwa koloni bakteri tersebut adalah koloni E. coli.

3. Uji Pelengkap (Completed Test)

Uji pelengkap dilakukan jika uji sebelumnya menunjukkan hasil yang positif. Koloni yang menunjukkan hasil positif, yaitu koloni yang berwarna hijau metalik pada media agar EMB kemudian diinokulasikan pada media yang baru dalam tabung reaksi yang sebelumnya sudah diberi tabung durham, yaitu LB dan diinkubasi dalam suhu 37oC selama 24 jam. Pengamatan yang dilakukan meliputi perubahan warna dan terbentuknya gas dalam tabung durham. Hasil yang positif kemudian dicatat dan kemudian dilakukan uji pewarnaan Gram. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menghitung jumlah bakteri koliform yang ada dalam sampel air dengan bantuan tabel MPN yang ada.


Analisis Hasil

Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 35oC. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif (Widiyanti dan Ristanti, 2004). Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1x24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar (EMBA) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN. Setelah dilakukan serangkaian uji dalam metode MPN ini, maka didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut. (klik untuk memperbesar)



Berdasarkan Tabel 4.2.1 diatas, terdapat perbedaan antara masing-masing sampel air. Uji penduga yang dilakukan menunjukkan hasil positif pada semua sampel. Namun, untuk sampel mata air kelompok 2 menunjukkan hasil yang paling sedikit untuk masing-masing seri LBG dan LBT. Kemudian setelah dilakukan uji konfirmasi, terdapat perbedaan antar sampel air. Pada kultur BGLB dengan inkubasi 44oC, hasil positif yang paling tinggi adalah dari sampel mata air kelompok 1 dan air aliran sungai Brantas kelompok 4 (semua biakan). Namun setelah uji konfirmasi lainnya, yaitu kultur dalam agar EMB dilakukan, sampel mata air menunjukkan hasil positif yang paling kecil, hanya 2 yang positif dengan menunjukkan warna hijau metalik, sedangkan hasil positif yang paling tinggi adalah dari sampel air sungai Brantas kelompok 4, sebanyak 14.


Gambar 4.1 Hasil uji konfirmasi (kultur dalam media BGLB)
Kanan = hasil negatif; Kiri = hasil positif ditunjukkan adanya gas (tanda panah)



Gambar 4.1 Hasil positif uji konfirmasi (media agar EMB)

Koloni bakteri E. coli dalam agar EMB akan berwarna hijau metalik jika terdapat reaksi fermentasi dengan media. Hal ini dikarenakan E. Coli merupakan bakteri fermentasi. Bakteri yang menfermentasi dengan lambat akan menghasilkan koloni berwarna merah muda dalam media agar EMB. Media EMB adalah media selektif diferensial untuk mendeteksi keberadaan bakteri koliform fekal dan mikroorganisme lainnya. Bakteri koliform memfermentasi laktosa yang dapat membuat warna koloni bakteri menjadi berwarna hijau metalik atau merah muda (Dad, 2000).
Uji selanjutnya yang telah dilakukan adalah uji pelengkap, yaitu dengan pewarnaan Gram. Hasil pewarnaan Gram yang dilakukan menunjukkan bahwa semua bakteri tergolong dalam bakteri Gram negatif dan berbentuk basil dan basil pendek. Penentuan koliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen karena pada dasarnya bakteri koliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Makin sedikit kandungan koliform, artinya, kualitas air semakin baik (Friedheim, 2001).
Penghitungan MPN organisme dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya tabung positif pada setiap pengenceran. Kemudian jumlah tabung positif dari masing-masing pengenceran (seri 1, 2 dan 3) di cocokkan dengan angka pada Tabel McCrady metode 3 tabung. Nilai yang didapat ini dikalikan dengan faktor pengenceran pada tabung dengan pengenceran yang paling rendah untuk mendapatkan kelimpahan MPN pada sampel.
Metode untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu produk atau sampel dapat menggunakan metode hitungan mikroskopis, metode plate count dan most probable number (MPN). Organisme yang mati maupun hidup dapat dihitung dengan metoda hitungan mikroskopis, akan tetapi pada MPN hanya organisme hidup yang dapat dihitung. Metode MPN adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statisitik (Fardiaz,1989).



PUSTAKA

Dad. 2000. Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426
Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB.
Friedheim, E., and Michaelis, L. 2001. J. Biol. Chem., 91,55-368. Cit. Porter, Jr.
Widiyanti, N.L.P.M. dan N.P. Ristanti. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : 64 - 73

Selamat Belajar!!...

Read More..

New Category!!

Beberapa hal yang penting untuk diketahui para remaja pada saat mulai memasuki usia puber. KLIK!!

KAMU UPLOAD, DAPET DUIT!!! FILE HOSTING GRATISS!!