Kekuatan Suspensi Corn Starch (Pati Jagung)

Ketika kita berbicara mengenai bentuk suatu zat, maka kita akan menyimpulkan ada beberapa keadaan bentuk dari zat tersebut, yaitu gas, cair dan padat. Namun, ternyata dengan mengkombinasikan beberapa bentuk wujud zat tersebut, kita dapat menciptakan bentuk zat yang baru, yaitu suspensi. Hal ini dapat kita buktikan dengan membuat campuran antara pati jagung dan air.

Yang perlu disiapkan adalah pati jagung (cornstarch) dan air dengan perbandingan 2:1. Kemudian campurkan kedua bahan tersebut menjadi satu. Mudah sekali ternyata.. Nah, sekarang kita berbicara masalah kekuatan dan keunikan yang dimiliki oleh suspensi yang dibentuk oleh kedua bahan tersebut.

Jika kita menekan secara lembut pada suspensi tersebut, maka kita akan merasakan suspensi tersebut terasa seperti benda padat, hal ini dikarenakan molekul yang ada pada suspensi tersebut saling berbaris (line up), sedangkan kalau kita memasukkan jari-jari kita ke dalam suspensi, maka kita akan merasakan suspensi tersebut berwujud cairan, hal ini dikarenakan molekul suspensi tersebut sedang relax.

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang suspensi ini, silakan simak video berikut ini.



Semoga bermanfaat!!....

Read More..

Download File Presentasi Mikrobiologi Lingkungan (File Presentasi Kuliah Th.09)

Silakan download file presentasi kuliah Mikrobiologi Lingkungan ini. File presentasi berisi bermacam-macam topik yang berkaitan dengan mikrobiologi lingkungan antara lain:

  1. EXPLOITING CONSORTIUM OF Fe REDUCING BACTERIA AS BIOREMEDIATION AGENT IN COAL MINING CONTAMINATED BY Fe and As
  2. EFEK PENGKAYAAN MUNICIPAL SOLID WASTE COMPOST (MSWC) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN, PENGAMBILAN NUTRISI DAN PRODUKTIFITAS PADI
  3. SOIL MICROBE DIVERSITY ANALYSIS USING MOLECULAR MOLECULAR BIOLOGY TECHNIQUE ANALYSIS (16R DNA SEQUENCING ANALYSIS)
  4. BIODIESEL FUEL PRODUCTION FROM ALGAE AS RENEWABLE ENERGY
  5. Bacterial Bioremediation of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons
  6. PEMANFAATAN Bacillus thuringiensis SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAMA TANAMAN KAPAS

File presentasi berupa powerpoint dan bisa anda download dengan mengikuti link di bawah ini

DONWLOAD FILE PRESENTASI


Read More..

Kenapa Kuku Terus Tumbuh Walau Dipotong Terus Menerus?

Pada suatu hari ketika saya masih kecil, saya pernah membayangkan seandainya kuku saya tidak akan tumbuh lagi ketika sudah di potong, pasti akan sangat menyenangkan. Saya tidak akan mendapatkan hukuman pukulan di tangan ketika di sekolah oleh Bu Guru karena lupa memotong kuku.

Tapi, ternyata khayalan saya itu tidak akan mungkin terjadi, karena pada kenyataannya, kuku kita akan terus tumbuh sampai kita mati. Mulailah pertanyaan muncul, kenapa kuku kita selalu tumbuh meski sudah di potong??

Kuku kita terdiri banyak sekali sel-sel mati yang mengandung keratin, yaitu suatu jenis protein mati yang akan mengeras seiring dengan lamanya usia sel itu. Pertumbuhannya pun semakin lama akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia manusia itu. Ketika sel-sel yang ada di ujung kuku tersebut mulai mengeras, bagian pangkal kuku yang berisi sel-sel lunak berbentuk gel pun akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya dan mulai mengeras pula, sedangkan selaput epidermis yang ada di pangkal kuku berfungsi untuk melindungi kuku dari kotoran yang masuk ke dalam. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.

Kuku tidak akan berhenti tumbuh kecuali terjadi luka atau injury pada pangkal kuku atau pada sumber sel yang berbentuk gel tersebut (terjadi kerusakan pada akar kuku). Meskipun begitu, kemungkinan hal itu terjadi sangatlah kecil. Jika ada yang bilang kuku atau rambut tetap tumbuh pada saat setelah kita mati, jangan serta merta percaya. Kuku dan rambut kita masih bisa tumbuh namun hal itu tidak dapat kita amati secara kasat mata dan berlangsung dalam waktu yang singkat karena nutrisi yang dibutuhkan oleh kuku dan rambut kita akan habis karena kita sudah mati. Jangankan untuk kuku, sedangkan untuk otak yang merupakan pusat pengaturan tubuh saja tidak akan mencukupi ketika mati. Bayangkan saja ketika benar bahwa kuku dan rambut orang mati masih bisa tumbuh, maka kuburan mereka akan penuh dengan rambut dan kuku mereka.. Hiiiiiyyy... :ngeri



Read More..

Kenapa Kentut Yang Bunyinya Pelan Itu Lebih Busuk?

Kamu pasti pernah nyeletuk "wedew!! kentutnya disilent nih, pasti bau banget dah!!".... Celetukan itu sebenernya ada benarnya. Kentut yang sunyi (jiahelah) biasanya mempunyai "daya bunuh" yang sangat kuat!!

Hal ini disebabkan terjadinya kentut adalah salah satunya berkat bakteri yang ada dalam usus kita. kenapa? karena bakteri akan berpesta pora ketika kita habis makan makanan yang berprotein tinggi, misalnya ikan, telur maupun daging dengan memulai proses fermentasi makanan yang sudah masuk dalam perut atau usus kita. Hasil fermentasi ini adalah panas dan juga berbagai macam gas berbau busuk lainnya yang ukuran molekul gasnya kecil dan jenuh.. Hal itulah yang menyebabkan volumenya kecil namun berbau sangat busuk, seperti istilah dalam bahasa linggis, yaitu Silent But Deadly.. hahahaha....
Biasanya juga, ketika kita merasakan lubang anus kita terasa hangat pas kentut, kita akan berpikir ini akan berbau busuk :P

Berbeda dengan daging dan sumber protein dari telur ataupun ikan, kacang-kacangan mempunyai peran untuk memperbesar volume kentut, bukan memperparah baunya. hal ini dikarenakan kacang-kacangan mengandung berbagai macam gula yang tidak bisa dicerna oleh tubuh kita, sehingga ketika kita makan kacang-kacangan, bakteri tubuh kitalah yang akan mencernanya. semakin banyak pula gas yang akan terbentuk dan kentut kita akan semakin berisik daripada biasanya (emang biasanya kaga??). Tapi baunya tidak akan sebusuk ketika kentut itu di senyapkan...


Read More..

Kenapa Kentut Baunya Tidak Enak?

Kalo misalnya ada Guru di dalam kelas yang bertanya pada muridnya di dalam kelas, "Siapa yang tidak pernah kentut?"... Seratus persen jawaban jujur adalah "tidak ada, Bu!!"... Ya, setiap manusia pasti pernah kentut.. Yang dalam bahasa linggisnya adalah fart. Kecuali kalau ternyata orang itu mempunyai suatu kelainan.. Mungkin ada yang belum tau kenapa kentut itu baunya sangat busuk. Sebusuk apakah kentut seseorang sehingga kadang-kadang orang yang berada di dekat orang yang kentut berbisik-bisik pada orang yang di sampingnya, "psstt..orang itu kentutnya bau sekali sampe-sampe orang yang ada di ruangan ini merasa bahwa mereka adalah orang yang paling sial di dunia karena nyium bau kentut orang itu"... bisa Anda hitung ada berapa kata "orang" pada kalimat di atas?? hehehehe....

Oops, balik lagi ke permasalahan kentut bau. Sebenernya kentut itu adalah gas yang keluar dari dalam tubuh (khususnya usus) melalui lubang anus (kalo keluarnya dari mulut, itu namanya sendawa :p). Gas tersebut asalnya dari udara yang kita telan, dari dalam darah yang menerobos masuk ke dalam usus, atau dari sumber yang lainnya, misalnya dari hasil metabolisme bakteri dan mikroorganisme lainnya dalam tubuh.

Nah, yang kita bahas di sini adalah : kenapa kentut itu berbau busuk?? jawabannya adalah karena dalam kentut terkandung berbagai macam gas dengan aroma yang tidak sedap, yaitu gas hidrogen sulfida dan juga merkaptan. Keduanya mempuanyai unsur belerang (Sulfur (S)) yang tentunya kita tau mempunyai bau yang kurang sedap, jadi jangan menyamakannya dengan sambal terasi atau ikan asin yang digoreng #hammer#
Semakin banyak kandungan sulfur dalam makananmu, maka semakin busuklah kentutmu!!..


Tapi ingat, jangan kentut sembarangan... Ungkapan "kentut kan manusiawi" jangan sampai kamu jadiin tameng untuk menghalalkan kentut di sembarang tempat :D


Read More..

Bahagialah Aku Karena Masih Punya Teman

Hari ini (5 HARI YANG LALU) adalah hari Jumat. Seperti hari Jumat yang lain, hari ini kulalui dengan beberapa kegiatan yang menurutku sendiri adalah kegiatan yang bisa dibilang monoton. Aku terbangun ketika matahari udah gak sabar lagi untuk lengser dari puncak siang. yeaahh, hampir setiap malam kulewati dengan menatap layar komputer yang butut ini. Komputer dengan spek rendah yang kadang-kadang membuat aku frustasi. Bagaimna tidak?? wong buat ngegame aja kadang susahnya tidak lumrah. Sudah beberapa hari aku selalu seperti itu. Mengabaikan segala prioritasku. Akupun heran kenapa aku jadi apatis dengan segala yang berkaitan dengan kepentinganku. sampai pada Kamis malam, aku mendapatkan sentakan yang agak keras, bukan menghantam tangan ataupun kakiku, tapi lebih ke hati nuraniku, sentakan yang cukup keras dari seorang teman. Teman baik...

Bersusah payah mengigatkanku untuk segera menyelesaikan tugas-tugasku....
"aku gak bakal capek ngingetin kamu, Mo.. It's for Yourself..."

Aku adalah (masih) mahasiswa di sebuah PTN di Malang, dan kalau mau jujur, seharusnya kalu akau mau, aku sudah lulus pada semester yang lalu, tapi apa daya, setan yang selalu menghuni setiap ruang kosong dalam pikiran manusia yang berlabelkan kemalasan, menguasaiku pada waktu itu... semua yang seharusnya dapat aku lakukan dengan mudah malah aku tinggalkan, mengerjakan segala sesuatu yang bukan menjadi prioritasku..

Mundur satu semester dari jadwal seharusnya. Ya, itulah yang sudah aku dapatkan. tapi apakah aku jera dengan itu??... Bisa dibilang iya, bisa dibilang tidak. Kemungkinan memang banyak sekali yang mempengaruhiku pada masa-masa belakangan ini. Keadaan perekonomian rumahtanggaku yang tidak begitu lancar, ditambah lagi bapak yang sudah sering sakit-sakitan membuat pikiranku menjadi terpecah-pecah menjadi banyak, walaupun tidak sebanyak pasir di pantai yang kalau memang aku paksakan seperti itu, akan jadi sangat mirip dengan lirik atau syair lagu cinta..

Sebagai orang yang punya pikiran normal, seharusnya aku justru mencambuki diriku sendiri dengan keadaan yang serba tidak menguntungkanku untuk membuatnya menjadi lebih baik, paling tidak untuk diriku sendiri. Tapi apa yang aku lakukan? Aku justru menghindarinya. Alamak.. Alangkah lucunya...

Aku tak mau dan tak boleh melucu seperti ini!!... karena aku bukan badut, Pelawak, ataupun Entis Sutisna!!...

thanks to: my beloved friends who never give up to support me in every possible situation


Read More..

ANALISIS KOMUNITAS PERIFITON (Laporan)

ABSRAK: Perifiton merupakan suatu alga bermatriks kompleks dan juga mikroba heterotrofik yang melekat pada suatu substrat di ekosistem perairan. Perifiton berperan sebagai sumber makanan bagi invertebrata, beberapa ikan, dan bioindikator suatu perairan. Analisis perifiton digunakan untuk mempelajari struktur komunitas dari perifiton di ekosistem perairan menggenang dan mempelajari pola penyebaran populasi masing-masing jenis perifiton yang ditemukan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil beberapa bagian tanaman air (Salvinia natans dan Hydrilla verticilata) yang diperkirakan terdapat perifiton, selain itu dilakukan pengambilan sampel pada bagian tepi dinding dalam kolam akuakultur. Sampel yang telah diperoleh, dibawa ke Laboratorium Ekologi untuk diamati. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo binokuler dan mikroskop compound. Mula-mula dilakukan pengamatan di bawah mikroskop stereo kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop compound untuk melihat hewan-hewan yang lebih kecil dan tidak terlihat pada mikroskop stereo. Masing-masing hewan perifiton yang teramati, digambar dan diidentifikasi. Identifikasi perifiton dilakukan dengan cara mencocokkan hewan yang teramati dengan gambar hewan perairan pada buku maupun lembar-lembar gambar hewan perairan. Hasil identifikasi ditulis pada papan dan digunakan sebagai data kelas yang akan dianalisis dengan perhitungan nilai Indeks Morishita. Besar indek morisita (CM) antara komunitas yang hidup pada substrat bagian pinggir kolam dan substrat Salvinia natans adalah sebesar 0,322. Besar indek morisita (CM) antara komunitas yang hidup pada substrat bagian pinggir kolam dan substrat Hydrilla verticillata adalah sebesar 0,705. CM untuk komunitas pada Salvinia natans dan pada Hydrilla verticillata adalah sebesar 1,708. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kesamaan komunitas pada substrat Salvinia natans dan Hydrilla verticillata memiliki indeks persamaan yang paling tinggi.

Kata kunci : indeks Morisita , perifiton, substrat

Perifiton adalah suatu alga bermatriks kompleks dan juga termasuk mikroba heterotrofik yang melekat pada suatu substrat di ekosistem perairan. Perifiton berperan sebagai sumber makanan bagi invertebrata dan beberapa ikan. Selain itu, perifiton juga dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Respon dari komunitas perifiton terhadap adanya polutan dapat diukur dengan variasi skala waktu yang menunjukan terhadap perubahan level komunitasnya (ESD,2001). Menurut wikipedia (2006), berdasarkan tempat melekatnya, perifiton digolongkan menjadi epifitik (pada tumbuhan), epilitik (pada bebatuan), epipsamik (pada daerah berpasir), epipelik (pada daerah sedimen), epizoik (pada hewan), dan metafiton. Perifiton dalam suatu perairan bertindak sebagai suatu sistem untuk produksi makanan bagi pemindahan polutan padat maupun polutan yang tak terlarut. Besarnya peranan dari perifiton sebagai pendukung ekosistem perairan menjadikan praktikum analisis komunitas perifiton di ekosistem perairan menggenang ini menjadi penting untuk dilakukan.

Praktikum mengenai Analisis Perifiton ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 Desember 2008 pukul 13.00-16.00 WIB di dua tempat, yaitu aquakultur dan Laboratorium Ekologi. Pengambilan sampel dilakukan di aquakultur, sedangkan pengamatan dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Ekologi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil beberapa bagian tanaman air yang diperkirakan terdapat perifiton, selain itu dilakukan pengambilan sampel pada bagian tepi dinding dalam kolam akuakultur. Sampel yang telah diperoleh, dibawa ke Laboratorium Ekologi untuk diamati. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo binokuler dan mikroskop compound. Mula-mula dilakukan pengamatan di bawah mikroskop stereo kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop compound untuk melihat hewan-hewan yang lebih kecil dan tidak terlihat pada mikroskop stereo. Masing-masing hewan perifiton yang teramati, digambar dan diidentifikasi. Identifikasi perifiton dilakukan dengan cara mencocokkan hewan yang teramati dengan gambar hewan perairan pada buku maupun lembar-lembar gambar hewan perairan. Hasil identifikasi ditulis pada papan dan digunakan sebagai data kelas yang akan dianalisis dengan perhitungan nilai Indeks Morishita. Rumus untuk menghitung besarnya Indek Morisita adalah:

(klik gambar untuk memperbesar)

Hasil perolehan data menunjukkan bahwa komunitas hewan maupun tumbuhan pada substrat yang berbeda memiliki perbedaan komposisi spesies yang hidup pada substrat tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya keanekaragaman spesies yang teridentifikasi. Substrat yang diamati antara lain bagian pinggir kolam, pada Salvinia natans, dan pada Hydrilla verticillata dengan pada tiap substrat diamati oleh dua kelompok yang berbeda. Dari ketiga substrat tersebut, bagian pinggir kolam merupakan substrat yang paling banyak dihuni oleh perifiton meliputi hewan dan tumbuhan. Sedangkan substrat yang memiliki keanekaragaman spesies paling tinggi adalah pada Salvinia natans, dan Hydrilla verticillata meliputi hewan dan tumbuhan. Menurut Mamangkey, (2004) warna dan kecerahan air merupakan indikasi kelimpahan dan keanekaragaman perifiton di perairan yang didominasi oleh jenis perifiton tertentu. Tingkat kecerahan dapat mempengaruhi diversitas spesies. Semakin cerah suatu perairan, diversitas spesies semakin tinggi.

Terdapat perbedaan jenis perifiton pada masing masing substrat. Pada bagian pinggir kolam, perifiton tumbuhan yang sama dari kedua kelompok (kel. 1 dan 2) adalah Scenedesmus sp. dengan jumlah paling banyak ditemukan oleh kelompok 2 sebanyak 14 individu dan perifiton hewan yang sama adalah Pomatiopsis sp. dengan jumlah lebih banyak pada kelompok 1 yaitu 48 individu. Pada substrat Salvinia natans perifiton tumbuhan yang sama pada kedua kelompok (kel 3 dan 4) adalah Cloesterium sp. dengan jumlah terbanyak diamati oleh kelompok 4 yaitu sebanyak 2 individu dan untuk perifiton hewan tidak ditemukan spesies yang sama. Pada substrat Hydrilla verticillata tidak ditemukan kesamaan jenis perifiton tumbuhan dan hewan yang teridentifikasi pada kedua kelompok (kel. 5 dan 6). Tingginya nilai kerapatan perifiton dapat menyebabkan terhambatnya penetrasi cahaya dan peningkatan metabolisme yang terjadi dalam kolam tersebut. Menurut Botany (2006), komunitas perifiton dapat digunakan untuk menghilangkan adanya polutan pada suatu perairan.

Kesamaan komunitas perifiton antar substrat pengamatan dari ekosistem perairan yang diamati dalam hal ini adalah kolam aquakultur berdasarka kerapatan spesies didalam komunitas tersebut dapat dicari dengan indeks persamaan morisita. Spesies yang sama pada substrat pinggir kolam dan Salvinia natans adalah Ascaris sp. Besar indek morisita (CM) antara komunitas yang hidup pada substrat bagian pinggir kolam dan substrat Salvinia natans adalah sebesar 0,322. Spesies yang sama pada substrat pinggir kolam dan substrat Hydrilla verticillata adalah Cosmarium sp. dan Pomatiopsis sp. Besar indek morisita (CM) antara komunitas yang hidup pada substrat bagian pinggir kolam dan substrat Hydrilla verticillata adalah sebesar 0,705. Spesies yang sama pada substrat Salvinia natans dan Hydrilla verticillata adalah Cloesterium sp. dan Vorticella sp. CM untuk komunitas pada Salvinia natans dan pada Hydrilla verticillata adalah sebesar 1,708. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kesamaan komunitas pada substrat Salvinia natans dan Hydrilla verticillata memiliki indeks persamaan yang paling tinggi.


Untuk keterangan lebih lanjut mengenai laporan praktikum ini, silakan ikuti link berikut ini untuk mendownload file .doc-nya

DOWNLOAD FILE




Read More..

Analisis Komunitas Vertebrata (Burung)

ABSTRAK: Keanekaragaman jenis burung merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang mempunyai nilai cukup tinggi, baik dari segi ekonomis maupun ekologis misalnya untuk perdagangan ataupun untuk keseimbangan ekologis. Diversitas burung dalam suatu ekosistem dapat menggambarkan struktur vegetasi yang akan menentukan jenis pohon baik yang eksotik atau endemik.Keterangan dasar mengenai keberadaan jenis burung diperlukan untuk melakukan penelitian yang mendasar mengenai ukuran, struktur populasi dan habitat burung serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (misalnya dalam 1 tahun). Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan analisis komunitas burung secara kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan untuk pengamatan spesies burung ini adalah metode garis transek dan visualisasi. Panjang jalur transek pengamatan burung serta jarak antara pengamat berdiridengan burung berada diukur dengan menggunakan meteran. Spesies burung yang ditemukan selanjutnya diidentifikasi dengan mencocokkan pada buku identifikasi burung. Selanjutnya data yang ada dikompilasi dengan kelompok lain, dan dianalisis menggunakan Microsoft excel, mencari kerapatan, frekuensi, kerapatan relatif, frekuensi relatif, INP dan HI. Penurunan jumlah diversitas burung dapat disebabkan karena aktivitas kendaraan yang meningkat, penebangan pohon dan pembangunan gedung-gedung baru serta homogenitas dari pohon. Keberadaan pohon endemik dan eksotik di lingkungan Brawijaya tidak begitu berpengaruh terhadap penurunan jumlah burung, karena beberapa pohon eksotik memiliki kriteria yang sesuai bagi kehidupan burung. Kesadaran akan konservasi burung harus terus dilakukan untuk mencegah adanya kepunahan dan menjadikan Universitas Brawijaya sebagai tempat yang aman bagi burung-burung terutama burung lokal.
Kata kunci : Diversitas burung, metode garis transek

Diversitas burung merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang mempunyai nilai cukup tinggi, baik dari segi ekonomis maupun ekologis. Karena diversitas dan mobilitasnya yang cukup tinggi maka spesies-spesies burung dalam suatu komunitas tidak mudah untuk diidentifikasi (Pasquier, 1997). Identifikasi diversitas burung diperlukan untuk mengetahui peranan spesies burung dalam suatu ekosistem.
Diversitas burung dalam suatu ekosistem dapat menggambarkan struktur vegetasi yang akan menentukan jenis pohon baik yang eksotik atau endemik. Keterangan dasar mengenai keberadaan jenis burung diperlukan untuk melakukan penelitian yang mendasar mengenai ukuran, struktur populasi dan habitat burung serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (misalnya dalam 1 tahun). Oleh karena itu, studi mengenai analisis komunitas burung sangat penting untuk memahami struktur dan fungsi suatu ekosistem.

Cara Kerja

Praktikum ini diawali dengan pembekalan dari dosen pembimbing praktikum tentang cara penggunaan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum. Alat-alat tersebut adalah teropong binokuler, hand tally counter, buku petunjuk tentang jenis-jenis burung. Pengamatan spesies burung dilakukan oleh enam kelompok pada masing-masing plot yang telah ditentukan di sekitar kawasan Universitas Brawijaya. Metode yang digunakan untuk pengamatan spesies burung ini adalah metode garis transek dan visualisasi. Panjang jalur transek pengamatan burung serta jarak antara pengamat berdiridengan burung berada diukur dengan menggunakan meteran. Spesies burung yang ditemukan selanjutnya diidentifikasi dengan mencocokkan pada buku identifikasi burung.

Selanjutnya data yang ada dikompilasi dengan kelompok lain, dan dianalisis menggunakan Microsoft excel, mencari kerapatan, frekuensi, kerapatan relatif, frekuensi relatif, INP dan HI (Indeks Diversitas)

Struktur komunitas burung di Universitas Brawijaya diamati dengan metode penjelajahan dan visualisasi. Hasil pengamatan di jalur transek seluas 560.000 m2 menunjukkan bahwa komunitas burung yang ditemukan terdiri dari 13 spesies. Spesies Paser montanus, Lonchura sp., dan Zosterops palpebrosus memiliki kerapatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Menurut Strange (2001), ketiga jenis burung tersebut memiliki persebaran yang luas di Pulau Jawa. Luasnya persebaran ini ditunjukkan dengan nilai frekuensi yang sama dari ketiga jenis burung tersebut.

Paser montanus, Lonchura sp., dan Zosterops palpebrosus memiliki nilai INP yang tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga spesies burung tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam struktur komunitasnya. Tingginya nilai INP pada Paser montanus disebabkan burung ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga banyak ditemukan hidup pada kisaran area yang cukup luas. Tingginya nilai INP pada Lonchura sp., dan Zosterops palpebrosus kemungkinan disebabkan jenis pohon yang terdapat di Universitas Brawijaya sesuai dengan kriteria habitat burung-burung tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai Indeks Diversitas burung di Universitas Brawijaya adalah sebesar 2,61. Menurut Smith (1990), nilai diversitas suatu daerah akan baik jika berada pada nilai lebih dari dua. Hal ini menunjukkan diversitas burung yang ada di Universitas Brawijaya masih dapat dikatakan baik. KSB (2005) melaporkan pada tahun 2004-2005 terjadi penurunan jumlah dan spesies burung dari 14 ke 13. Meskipun secara perhitungan diversitas burung masih dikatakan baik tetapi, secara jumlah mengalami penurunan. Penurunan jumlah diversitas burung dapat disebabkan karena aktivitas kendaraan yang meningkat, penebangan pohon dan pembangunan gedung-gedung baru serta homogenitas dari pohon. Keberadaan pohon endemik dan eksotik di lingkungan Brawijaya tidak begitu berpengaruh terhadap penurunan jumlah burung, karena beberapa pohon eksotik memiliki kriteria yang sesuai bagi kehidupan burung. Kesadaran akan konservasi burung harus terus dilakukan untuk mencegah adanya kepunahan dan menjadikan Universitas Brawijaya sebagai tempat yang aman bagi burung-burung terutama burung lokal.

Untuk keterangan lebih lanjut mengenai laporan praktikum ini, silakan ikuti link berikut ini untuk mendownload file .doc-nya

DOWNLOAD FILE


Read More..

Analisis Invertebrata Darat (Laporan Praktikum)

ABSTRAK :Kelimpahan invertebrata darat di Indonesia perlu dipelajari. Oleh karena itu dilakukanlah praktikum ini agar praktikan mampu melakukan analisis komunitas organisme khususnya invertebrata darat. Teknik yang dilakukan dalam menangkap arthropoda adalah light trap dan insect net. Light trap untuk menangkap invertebrata malam dan teknik insect net untuk menangkap invertebrata siang. Praktikum ini dilakasanakan dalam dua tahap, yaitu untuk invertebrata siang yang dilaksanakan pada hari Selasa pada pukul 11.00-12.00 WIB tanggal 16 Desember 2008. Tahap kedua untuk Arthropoda malam yang dilaksanakan pada hari Selasa-Rabu 18.00-05.00 WIB tanggal 16-17 Desember 2008. Keduanya dilakukan pada tempat yang sama, yaitu di halaman samping Laboratorium Central, Universitas Brawijaya, Malang. Langkah awal yang dilakukan pada analisis invertebrata siang adalah menentukan panjang garis pengamatan pada lokasi dengan cara menentukan panjang garis minimum. Penentuan garis minimum didasarkan vegetasi yang dianggap dapat mewakili area tersebut. Panjang garis minimum ditentukan dari panjang 1 m terlebih dahulu kemudian 2 m, 3 m dan seterusnya, lalu dilanjutkan dengan mencatat macam spesies (takson) yang terdapat pada sepanjang garis. Setelah panjang lintasan ditentukan dari hasil panjang garis minimum, jaring serangga diayunkan kekanan dan kekiri di atas permukaan rumput serta di depan ujung kaki si penangkap dengan kecepatan ayunan tertentu sehingga serangga dalam jaring tidak dapat keluar kembali. Pada analisis invertebrata malam terlebih dahulu ditentukan area atau bagian daerah yang akan dianalisis diversitas Arthropoda. Disiapkan lampu badai dan diletakkan di atas nampan air yang telah dicampur dengan formalin. Serangga yang terperangkap didalam jaring dimasukkan kedalam botol jam yang berisi formalin dan yang jatuh pada nampan diambil kemudian keduanya diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya. Pada arthropoda siang Andrenidae merupakan familia yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu 54,17% dengan KR dan FR terbesar, yaitu 33,33% dan 20,83%. Famili Andrenidae pada malam hari juga memiliki nili INP yaitu nilai 42,36% dengan KR sebesar 31,25% dan FR 11,11%. Nilai HI pada siang hari lebih tinggi daripada malam hari, nilai HI siang hari sebesar 0,736 dan malam hari 0,372 , namun hal demikian tingkat diversitas Arhtropoda pada siang dan malam hari tidak dapat dibandingkan karena kedua arthropoda tersebut diambil dengan metode yang berbeda.


Indonesia merupakan Negara dengan keberagaman hewan maupun tumbuhan yang sangat tinggi. Begitu juga dengan invertebrata baik invertebrata darat maupun invertebrata perairan yang sangat beragam jenisnya, baik yang hidup dipermukaan tanah maupun yang terbang di udara bebas. Perlu dilakukan konservasi terhadap seluruh organisme tersebut termasuk invertebrata. Namun untuk dapat melakukan konservasi kita harus dapat melakukan analisis komunitas organisme tersebut. Maka dari itu dilakukanlah praktikum ini agar praktikan mampu melakukan analisis komunitas organisme khususnya invertebrata darat. Ada berbagai macam teknik yang dilakukan dalam menangkap arthropoda yaitu diantaranya adalah pit fall trap, light trap, dan insect net. Praktikum kali ini menggunakan teknik Light trap untuk menangkap invertebrata malam dan teknik insect net untuk menangkap invertebrata siang. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis dan macam invertebrata yang termasuk dalam kelompok diurnal dan nokturnal yang kemudian diidentifikasi sesuai dengan ciri morfologi dan kebiasaannya.

1. Analisis Invertebrata Siang

Langkah awal yang dilakukan pada analisis invertebrate siang adalah menentukan panjang garis pengamatan pada lokasi yang dilakukan di halaman samping Studet Central dengan cara menentukan panjang garis minimum. Penentuan garis minimum didasarkan vegetasi yang dianggap dapat mewakili area tersebut. Panjang garis minimum ditentukan dari panjang 1 m terlebih dahulu kemudian 2 m, 3 m dan seterusnya, lalu dilanjutkan dengan mencatat macam spesies (takson) yang terdapat pada sepanjang garis. Setelah panjang lintasan ditentukan dari hasil panjang garis minimum, jaring serangga diayunkan kekanan dan kekiri di atas permukaan rumput serta di depan ujung kaki si penangkap dengan kecepatan ayunan tertentu sehingga serangga dalam jaring tidak dapat keluar kembali. Serangga yang terperangkap didalam jaring, kemudian diambil dan dimasukkan dalam botol jam yang telah diberi kapas yang dibasahi dengan formalin. Serangga yang didapatkan tersebut kemudian diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya.

2 Analisis Invertebrata Malam

Pada analisis invertebrata malam terlebih dahulu ditentukan area atau bagian daerah yang akan dianalisis diversitas Arthropoda. Disiapkan lampu badai dan diletakkan di atas nampan air yang telah dicampur dengan formalin. Penangkapan Arthropoda malam dimulai pada pukul 18.00 WIB dan diakhiri pada pukul 05.00 WIB pada hari berikutnya. Jenis serangga yang ditemukan kemudian dimasukkan dalam larutan formalin dan diidentifikasi serta dihitung kelimpahannya.

______________________________________________________________________________

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah invetebrata pada siang hari berjumlah 34 famili sedangkan malam hari berjumlah 16 famili. Invetebrata tersebut terdiri dari beberapa famili, yaitu Acrididae, Mycetophilidae, Cecidomilidae, jengkerik, semut bersayap, Gryililldae, dan Sepsidae.Sedangkan pada malam hari, yaitu Andrenidae, Ochteridae, Formicidae, Culicidae, semut merah, dan jengkerik. Ada kesamaan pada penemuan invetebrata yang diperoleh, yaitu jengkerik. Spesies ini ditemukan baik pada malam hari dan siang hari. Jangkrikan merupakan arthropoda malam namun dapat ditmukan pada siang hari, Hal ini mungkin pada saat penggunaan jaring serangga untuk pengambilan serangga siang hari , jaring serangga digunakan terlalu sekat dengan tanah sehingga jangkrik dimunkinkan ikut terbawa jaring serangga.

Analisis persebaran arthropoda dapat ditentukan dengan menghitung frekuensi dan kerapatan. Pada arthropoda siang Andrenidae merupakan familia yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu 54,17% dengan KR dan FR terbesar, yaitu 33,33% dan 20,83%. Famili Andrenidae pada malam hari juga memiliki nili INP yaitu nilai 42,36% dengan KR sebesar 31,25% dan FR 11,11%. Kerapatan relative dipengaruhi oleh tingkat dominansi suatu taksa, yaitu semakin tinggi kerapatan relatif maka semakin tinggi pula tingkat dominansi suatu taksa. Sedangkan frekuensi relatif dipengaruhi oleh tingkat penyebaran atau distribusi suatu taksa, makin tinggi frekensi relatif maka makin tinggi pula tingkat penyebaran atau distribusinya.

Kerapatan relative dipengaruhi oleh tingkat dominansi suatu taksa, yaitu semakin tinggi kerapatan relatif maka semakin tinggi pula tingkat dominansi suatu taksa. Sedangkan frekuensi relatif dipengaruhi oleh tingkat penyebaran atau distribusi suatu taksa, makin tinggi frekensi relatif maka makin tinggi pula tingkat penyebaran atau distribusinya. Berdasarkan praktikum dapat diketahui bahwa nilai HI pada siang hari lebih tinggi daripada malam hari, nilai HI siang hari sebesar 0,736 dan malam hari 0,372 , namun hal demikian tingkat diversitas Arhtropoda pada siang dan malam hari tidak dapat dibandingkan karena kedua arthropoda tersebut diambil dengan metode yang berbeda. Menurut Heddy dan Metty (1994), tingkat keragaman dikatakan masih rendah jika indeks nilai penting kurang dari 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keragaman arthropoda pada siang maupun malam hari masih rendah.

untuk keterangan dan penjelasan lebih lanjut disertai dengan gambar dan atau grafik hasil pengamatan, silakan ikuti link berikut untuk mendownload file .doc-nya.

DOWNLOAD FILE



Read More..

BIOLOGICAL GLOBALISATION, PEMETAAN GRID DAN GPS

Salah satu pemetaan dengan teknologi sederhana adalah dengan menggunakan GPS kemudian dipindahkan datanya ke GIS. GPS Map edit merupakan salah satu software yang yang berfungsi untuk pemrosesan data hasil dari perekaman GPS. Beberapa jenis GPS adalah Garmin, ALAN, Holux, dan Navitel Navigator. Sedangkan GIS merupakan salah satu flowmap yang paling modern. GIS umumnya didesain untuk manajemen dan menampilkan yang mana umumnya merupakan data yang terkait dengan satu lokasi di bumi, bisa titik, garis atau poligon dan spasial. Flowmap dikembangkan pada tahun 1990, dimulai dengan pengembangan program simpel untuk aliran barang dan manusia di peta.


Diversitas pepohonan endemik dan eksotik di lingkungan Universitas Brawijaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan, mengingat pentingnya menjaga kelestarian ekosistem flora pada suatu tempat. Kekayaan flora tersebut dapat menunjang kehidupan manusia, misalnya sebagai sarana pengambilan oksigen yang digunakan untuk bernapas, sarana rekreasi dan sarana edukasi untuk mengetahui kekerabatan suatu spesies dan apakah spesies tumbuhan tersebut endemik ataukah eksotik. Akan tetapi, kekayaan flora tersebut memiliki perhitungan yang sulit sehingga diperlukan suatu metode dalam pemetaan yang lebih efisien.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk melakukan praktikum ini adalah membuat grid sehingga tiap sel diketahui ordinatnya. Selanjutnya dilakukan survey ditiap sel lokasi tersebut. Survey lapang dilakukan dengan sensus kerapatan vegetasi pohon lokal di Indonesia atau eksotik pada tiap sel. Lokasi vegetasi pohon telah ditentukan terlebih dahulu yaitu lokasi A (Teknik), lokasi B (THP), lokasi C (samping Teknik, Biomol sampai pintu Gerbang Teknik), lokasi D (Pertanian dan Perikanan), lokasi E (MIPA dan Pertanian) dan lokasi F (depan Kedokteran dan Perpustakaan). Kemudian didekatkan GPS pada pohon lalu dicatat ordinatnya (lintang dan bujur timur).
Tombol-tombol yang penting: GPS Magelan terdiri dari 8 tombol utama yaitu:

  • POWER untuk menghidupkan dan mematikan GPS.
  • PAGE untuk menampilkan menu GPS.
  • MARK untuk menandai koordinat dari posisi yang diinginkan.
  • GOTO untuk menuju ke titik titik yang sudah kita tandai/ waypoint yang diinginkan.
  • ENTER untuk konfirmasi pemasukan data.
  • QUIT untuk kembali ke menu sebelumnya.
  • IN dan OUT untuk menaikkan/menurunkan skala peta.
  • ROCKER untuk memilih menu, posisi clan memasukkan data.

Halaman-halaman utama
GPS Magelan mempunyai lima halaman informasi utama. Untuk menuju ke halaman yang diinginkan, kita menekan tombol PAGE dan/atau QUIT.

(klik gambar untuk perbesar)


Halaman-halaman informasi tersebut adalah:
  1. Halaman satelit menunjukkan posisi dan kekuatan sinyal satelit yang tertangkap.
  2. Halaman posisi menunjukkan posisi dimana anda berada, arah mana yang anda tuju dan kecepatan gerak anda dalam bentuk angka.
  3. Halaman peta menunjukkan posisi anda, jejak yang sudah anda lalui dan waypoint sekitar anda dalam bentuk route.
  4. Halaman navigasi menuntun anda menuju waypoint yang anda inginkan.
  5. Halaman menu untuk melakukan pengaturan pada sistem.

(klik gambar untuk perbesar)
keterangan:
Warna Merah : Tanaman endemik
Warna Hijau : Tanaman eksotik

Gambar diatas adalah gambar hasil pengamatan vegetasi yang ada di Universitas Brawijaya pada sekitar tahun 2008 dengan menggunakan GPS dan bantuan Google Earth untuk mendapatkan tampilan gambar satelit berdasarkan waypoint atau titik-titik koordinat garis lintang dan bujur pada GPS Magellan.

Pada pemetaan vegetasi pohon endemik dan eksotik di lingkungan Brawijaya didapatkan hasil praktikum pemetaan biodiversitas tanaman yaitu tanaman di sepanjang jalan sisi laboratorium sentral kearah utara dan sepanjang jalan sisi fakultas MIPA kearah timur serta sisi jalan Fakultas MIPA kearah selatan sampai ke fakultas THP dapat diketahui bahwa tanaman di sepanjang jalan tersebut sebagian besar merupakan tanaman endemik seperti nangka (Artocarpus integra), palem putri , jati, buah mentega , genitu, ketapang, tiara payung, Ficus sp., dan lain-lain sedangkan tanaman eksotik umumnya diversitasnya sedikit namun jumlahnya banyak karena sengaja ditanam secara homogen yaitu tanaman palem raja dan sikat botol sedangkan tanaman eksotik yang jumlahnya sedikit yaitu cemara ,pinus, jambu biji dan sono keeling.
Beradasarkan pemetaan hasil praktikum kedalam peta google earth terlihat dominasi warna merah yang menandakan persebaran tanaman endemik sedangkan warna hijau yang merupakan penanda tanaman eksotik persebarannya terlihat lebih sedikit daripada tanaman endemik.

Keadaan tersebut kurang dapat menandakan adanya globalisasi biologi dimana tanaman eksotik yang diintroduksi dari luar negeri telah manyak masuk ke negeri kita dan menyebabkan tanaman endemic tersisihkan, namun demikian data jika kita masuk ke kawasan dalam taman bukan pada sisi jalan saja kita dapat melihat adanya globalisasi biologi dimana ditaman-taman tiap-tiap fakultas kebnayak merupakan tanamna eksotik yang sengaja diintroduksi dan kebanyakan homogen, tanaman tanaman tersebut antara lain rumput-rumpuhias eksotik sebagai groun cover , mahoni, bunga kertas, penitian dan lain-lain yang ditanam dalam jumlah banyak supaya kelihatan seragam. Hassil dari pemetaan pohon inipun juga kurang akurat katera GPS yang digunakan baru dapat mengenali pohon yang satu dengan yang lainya dalam jarak 35 m padahal pada pelaksanaan praktikum setiap jarak kurang dari sepuluh meter pohon ditandai lokasinya dengan GPS.

Sebagian besar tanaman eksotik dapat bertahan di lingkungan baru dengan lebih dapat bersaing dengan spesies endemik karena pada tanaman eksotik kurang memiliki musuh alami dan kebanyak merupakan spesies invasif dengan persebaran yang sangat cepat sehingga menyisihkan spesies lokal karena spesies lokal kalah bersaing dalam hal memperoleh makan, tanaman eksotik langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi ekosisitem lingkungan barunya, karena dengan menyisihkan tanaman endemik berarti juga menyisihkan organisme lain yang berhubungan dengan tanaman tersebut seperti hewan dan organisme lainya contohnya adanya spesies eksotik berupa tanaman Asia nilotica di taman nasional Baluran yang menyebabkan rusaknya padang rumput dan menyebabkan menyingkirnya banteng jawa dari wilayah tersebut.

Kelebihan dari GPS ini adalah kesulitan – kesulitan yang kita hadapi saat pemetaan ( seperti gunung pada pemetaan darat ) akan dapat teratasi dengan penggunaan GPS ini. Pada pesawat GPS juga terdapat fasilitas untuk membuat peta lokasi-lokasi yang kita tinggali atau lewati. Peta ini akan digunakan sebagai guide dalam perjalanan. GPS juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan adanya ketidakakuratan penentuan posisi. Sumber dari kesalahan – kesalahan tersebut diantaranya ephemeris error, ionosphere condition, troposphere condition, timing error, multipath error dan sebagainya.



Read More..

SEKILAS TENTANG PURIFIKASI ANTIBODI DARI SERUM

Berikut adalah sedikit dasar teori yang menjelaskan tentang bagaimana konsep purifikasi atau pemurnian antibodi yang didapatkan dari serum.

1. Protein Antiserum

Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel, baik itu makhluk hidup tingkat tinggi maupun rendah serta virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. enzim juga berperan dalam fungsi struktural maupun mekanis, contohnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton.
Protein terlibat dalam sistem kekebalan sebagai antibodi, sistem kendali (hormon), sebagai komponen penyimpanan (dalam biji), dasn juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino tersebut (heterotrof) (Page, 1997). Protein mempunyai peranan cukup penting dalam hampir semua sistem seluler. Protein bertanggung jawab pada berbagai fungsi fisiologis seperti katalis enzimatis, transportasi, penyimpanan molekul lainnya, pergerakan di dalam sel maupun antar sel, serta sebagai supporter atau pendukung mekanik. Keberadaan protein dapat diidentifikasi melalui teknik kromatografi, isolasi, dan purifikasi (White, 1964). Beberapa jenis protein tersebut juga sangat berperan dalam sistem imunitas makhluk hidup.

Immunitas adalah salah satu terminologi dalam ilmu biologi yang menggambarkan atau menjelaskan suatu keadaan pertahanan biologis tercukupi oleh suatu makhluk hidup untuk menghindarkannya dari berbagai macam penyakit, infeksi, atau invasi komponen biologis yang tidak diharapkan dalam tubuh. Imunitas dapat berupa komponen spesifik ataupun non-spesifik. Komponen non-spesifik tersebut berperan baik sebagai barrier atau penghalang maupun sebagai eliminator patogen yang berbahaya yang bersifat wide range. Sedangkan komponen lainnya beradaptasi terhadap masing-masing penyakit baru yang masuk dalam tubuh dan mampu mendorong terjadinya imunitas pathogen spesifik. Salah satu materi yang dapat membawa komponen tersebut adalah antiserum.

Antiserum adalah serum dari manusia atau hewan yang mengandung antibody untuk melawan berbagai macam penyakit yang spesifik dan biasanyan memberikan imunitas pasif kepada penyakit tersebut. Antiserum tidak menyebabkan produksi antibodi dan da dua macam antiserum, yaitu antitoksin yang menetralkan toksin yang dihasilkan oleh bakteri spesifik namun tidak membunuh bakteri tersebut, dan jenis antiserum lainnya adalah serum antimikrobial yang dapat menghancurkan mikrobia dengan cara membuat bakteri menjadi lebih rentan terhadap aksi leukosit.

Setiap kajian yang berhubungan dengan penanganan hewan untuk produksi antibodi selalu mengikuti prosedur standar yang melibatkan inokulasi material antigenik ke dalam tubuh hewan coba, dan kemudian dilakukan pengambilan antiserum yang ada dalam tubuh hewan tersebut.

2. Isolasi Protein Antiserum dengan Metode Salting Out

Isolasi protein digunakan untuk mendapatkan protein dengan melalui pemisahan protein dari komponen penyusun sel yang lainnya atau jaringan. Salah satu sifat protein yaitu mudah terlarut dalam air, sehingga dapat digunakan deterjen untuk dapat memisahkan komponen lainnya. Bahan yang biasa digunakan yaitu Sodium Dodecyl Sulphate (SDS). Deterjen ini memiliki kemampuan untuk merusak membran sel dengan cara berikatan dengan membran yang berupa lapisan fosfo lipid bilayer serta melartukan lemak dan protein. Sentrifugasi juga digunakan untuk mengisolasi protein dengan menggunakan kecepatan dan waktu tertentu sehingga tiap molekul protein yang berbeda dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini berdasarkan prinsip kerja sentrifugasi yang memisahkan molekul berdasarkan perbedaan berat molekul (Lodish, dkk., 2000).

Protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan molekul protein bagian dalam yang bersifat hidrofobik akan keluar, sedangkan bagian protein yagn bersifat hidrofilik akan terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembalikan terjadi bila larutan protein mendekati pH isoelektris, lalu protein akan menggumpal dan mengendap. Viskositas akan bertambah karena molekul mengembang dan menjadi asimetrik, sudut putaran optis larutan protein juga akan meningkat. Denaturasi protein dapat disebabkan oleh panas, pH, bahan kimia, mekanik, dan lain-lain (Winarno, 1992).

Protein akan mengalami presipitasi jika berinteraksi dengan ion-ion logam. Pengendapan oleh ion positif (logam) diperlukan pH larutan diatas pI karena protein bermuatan negatif. Pengendapan protein oleh ion negatif diperlukan pH larutan di bawah pI karena protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein adalah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++, dan Pb++, sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat, trikloroasetat, pikrat, tanat, dan sulfosalisilat (Poedjiadi, 1994).

3. Reaksi Antigen-Antibodi

Reaksi antigen-antibodi dapat diketahui dengan menggunakan metode Dot Blot. Dot Blot adalah sebuah teknik untuk mendeteksi, menganalisis, dan mengidentifikasi protein. Teknik ini menyerupai Western Blot namun perbedaannya adalah protein sampel tidak dipisahkan melalui elektroforesis akan tetapi ditandai dengan template sirkuler secara langsung pada substrat kertas. Konsentrasi protein dalam preparasi mentah atau kasar (misalnya kultur supernatan) dapat diperkirakan secara semikuantitatif dengan menggunakan teknik ini jika dimiliki protein yang terpurifikasi dan antibodi untuk protein tersebut.

Beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam proses Dot Blot adalah menyiapkan membran, dan menandainya dengan grid menggunakan pensil untuk mengindikasikan daerah yang akan di blot. Sampel yang akan diuji diteteskan pada membran nitroselulosa pada bagian tengah kisi (grid) yang telah digambar pada membran tersebut dan dibiarkan kering. Situs yang tidak spesifik kemudian diblok dengan merendam membran dalam Bovine Serum Albumin (BSA) dan diinkubasi dalam antibodi primer selama 30 menit suhu ruang. Langkah berikutnya adalah pencucian dengan PBS-T selama kurang lebih 3 kali masing-masing 5 menit dan dinkubasi pada antobodi sekunder yang terkonjugasi dengan HRP. Pencucian dilakukan kembali setelah proses tersebut selesai dan dipaparkan pada film X-ray pada ruang gelap. (Nature Publishing Group, 2009)


Selamat Belajar!!...

Read More..

IDENTIFIKASI GEN TARGET SPESIFIK DENGAN SOUTHERN DAN DOT BLOT

Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) total dari suatu organisme (genom) atau kandungan RNA seluler dari RNA adalah suatu campuran kompleks sekuens asam nukleat yang berbeda. Komponen-komponen tersebut sangat perlu untuk dibedakan sehingga dapat dilakukan analisis. Beberapa teknik telah dikembangkan dengan tujuan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu mengidentifikasi asam nukleat spesifik dalam kompleks asam nukleat, antara lain Southern Blot dan Dot Blot.

Southern Blot adalah metode umum yang digunakan untuk identifikasi fragmen DNA yang berkomplementer untuk mengetahui sekuens DNA. Hibridisasi ini memungkinkan untuk dilakukan pembandingan antara genom organisme tertentu dengan probe. Sehingga dapat memberikan keterangan apakah organisme tersebut memiliki gen tertentu dan menyediakan informasi tentang pengaturan dan pemetaan daerah pemotongan dari gen tersebut, sedangkan Dot Blot adalah metode penempelan protein atau asam nukleat secara langsung pada membran.

Sampel yang terlarut ditarik melalui membran baik menggunakan lingkungan yang vakum, maupun absorpsi dan intrusi, sehingga protein berikatan dengan membran sedangkan komponen lainnya dapat melewati membran. Protein tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam analisis. Proses Blotting ini sangat diperlukan untuk membedakan fragmen secara spesifik karena pemendekan oleh restriksi kompleks genom dapat menciptakan jutaan fragmen restriksi spesifik dan ada beberapa fragmen yang ukurannya sama dan tidak akan terpisah antara satu dengan yang lainnya jika menggunakan elektroforesis, sehingga perlu adanya metode untuk memisahkan fragmen spesifik tersebut dari fragmen yang lainnya

Southern Blot

Southern Blot adalah teknik yang mampu untuk mendeteksi fragmen restriksi tunggal yang spesifik dalam campuran asam nukleat yang sangat kompleks yang dihasilkan dari pemotongan genom dengan menggunakan enzim restriksi. Kompleks dalam campuran tersebut, banyak fragmen yang akan mempunyai panjang yang sama dengan yang lain dan bermigrasi atau berpindah bersama-sama selama proses elektroforesis. Meskipun semua fragmen tidak secara sempurna terpisah oleh proses elektroforesis gel agarose, fragmen tunggal dalam pita hasil elektroforesis dapat diidentifikasi dengan hibridisasi menggunakan DNA probe yang spesifik. Sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut, fragmen restriksi yang ada dalam gel didenaturasi dengan alkali dan ditransfer pada filter nitroselulosa atau membran nilon dengan teknik blotting (Brown, 2001).

Langkah-langkah umum yang digunakan dalam metode Southern Blotting antara lain, fragmen DNA dalam gel didenaturasi, yaitu diseparasi menjadi struktur untai tunggal menggunakan larutan alkali dan dilakukan elektrotransfer (DNA berpindah dari gel menuju filter). Gel yang terdenaturasi ditempatkan pada lembaran kertas filter dan dibenamkan dalam larutan buffer. Sebuah membran nitroselulosa diletakkan di atas gel dan beberapa kertas filter yang kering diletakkan di atas membran tersebut. Larutan buffer bergerak dan berpindah tempat melewati gel, tertarik oleh kertas filter kering. Buffer tersebut membawa DNA untai tunggal di dalamnya dan ketika DNA mencapai nitroselulosa, DNA tersebut berikatan dengan membran dan terimobilisasi dalam posisi yang sama dengan posisi relatif dimana DNA termigrasi dalam gel.

DNA terikat secara irreversible pada filter atau membran oleh proses pemanasan (baking) pada temperatur yang tinggi (nitroselulosa) atau cross-linking menggunakan sinar ultraviolet (nilon). Tahapan terakhir adalah merendam membran di dalam larutan yang mengandung probe, baik DNA (klon cDNA, fragmen genom, oligonukleotida) atau RNA. Hibridisasi DNA ini, dengan kata lain DNA target dan DNA/RNA probe membentuk hybrid karena keduanya merupakan sekuens komplementer dan dapat berikatan satu sama lain. Probe yang digunakan biasanya adalah yang terlabel secara radioaktif dengan¬¬¬ 32P (¬β-particle emitter berenergi tinggi), seringkali dengan penghilangan ujung phosphat 5’ dari probe dengan alkali phosfatase dan penggantian dengan radiolabelled phosphate menggunakan γ-[32P]ATP dan polinukleotida kinase (PNK). Membran dicuci untuk menghilangkan probe yang tidak spesifik berikatan dan kemudian dipaparkan pada film X-ray yang prosesnya disebut dengan autoradiografi. Pada posisi dimana probe berikatan, β-emmisions dari probe menyebabkan film ¬X-ray menjadi hitam. sehingga memungkinkan untuk identifikasi ukuran dan jumlah fragmen gen kromosomal dengan kesamaan yang kuat dengan gen atau fragmen gen yang digunakan sebagai probe (Lutz, 2003).

Dot Blot

Dot Blot adalah sebuah teknik untuk mendeteksi, menganalisis, dan mengidentifikasi protein. Teknik ini menyerupai Western Blot namun perbedaannya adalah protein sampel tidak dipisahkan melalui elektroforesis akan tetapi ditandai dengan template sirkuler secara langsung pada substrat kertas. Konsentrasi protein dalam preparasi mentah atau kasar (misalnya kultur supernatan) dapat diperkirakan secara semikuantitatif dengan menggunakan teknik ini jika dimiliki protein yang terpurifikasi dan antibodi untuk protein tersebut.

Beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam proses Dot Blot adalah menyiapkan membran, dan menandainya dengan grid menggunakan pensil untuk mengindikasikan daerah yang akan di blot. Sampel yang akan diuji diteteskan pada membran nitroselulosa pada bagian tengah kisi (grid) yang telah digambar pada membran tersebut dan dibiarkan kering. Situs yang tidak spesifik kemudian diblok dengan merendam membran dalam Bovine Serum Albumin (BSA) dan diinkubasi dalam antibodi primer selama 30 menit suhu ruang. Langkah berikutnya adalah pencucian dengan PBS-T selama kurang lebih 3 kali masing-masing 5 menit dan dinkubasi pada antobodi sekunder yang terkonjugasi dengan HRP. Pencucian dilakukan kembali setelah proses tersebut selesai dan dipaparkan pada film X-ray pada ruang gelap.

1. Cara Transfer DNA ke Membran Nilon

Gel agarosa hasil elektroforesis dan membran nilon didenaturasi di larutan, dan denaturasi dilakukan selama 5 menit pada suhu ruang. Baki buffer disiapkan untuk transfer kapilari, kertas Whatman 3MM, membran nilon, setumpuk tissue yang tidak mudah rusak bila terkena cairan, dan pemberat 500 mg, dan disusun sedemikian rupa dengan urutan dari bawah ke atas: baki buffer-kertas Whatman-gel agarosa-membran-kertas Whatman-kertas tissue-pemberat. Ditambahkan buffer transfer di dalam baki sampai kertas Whatman 3MM basah oleh buffer tersebut. Gel agarosa diletakkan di atasnya dan membran nilon yang telah dibasahi buffer di atas gel dan diratakan posisinya. Baki ditutup kecuali pada daerah gel dan membran nilon dengan plastik wrap agar buffer tidak cepat menguap. Ditutup dengan kertas Whatman selebar gel ditambah 1 cm setiap sisinya dan dibasahi dengan buffer transfer, diratakan posisinya dan ditutup dengan setumpuk tissue dan kemudian diberi pemberat. Langkah berikutnya adalah inkubasi pada suhu ruang dan dijaga buffer agat tidak habis menguap, dan bila habis segera diisi buffer di baki buffer. Setelah 12 jam, semua tissue dibuang, diambil hati-hati membran nilon dari atas gel dan dikeringkan 2-5 menit di atas tissue kering. Cross-link dilakukan di bawah sinar UV selama 1-2 menit agar DNA dapat melekat pada membran. Membran kemudian disimpan sampai dilakukan proses hibridisasi.


2. Cara Kerja Dot Blot DNA

Sampel DNA dimasukkan dalam Eppendorf dengan dibuat seri pengenceran 1ng/µL, 100 pg/µL, 50 pg/µL, 1 pg/µL, 0,1 pg/µL, 0 pg/µL dan dilarutkan sampai volume 20 µL dengan 6µL 20xSSC fsn 18 µL DW. Sampel cDNA/DNA terlabel didenaturasi selama 10 menit pada suhu 95°C kemudian segera diambil dan dimasukkan dalam es agar tidak terjadi reannealing. Membran NC dipasang pada dot blotter dan sebanyak 1µL DNA/cDNA terlabel (terdenaturasi) diaplikasikan pada dot blotter. Dot-blotter dihubungkan dengan vacuum pump selama 15-30 menit sampai semua sampel menempel pada NC. Sampel diimobilisasi dengan cara menginkubasi NC dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit. Membran NC direhidrasi dalam DW beberapa menit pada suhu 37°C.

3. Visualisasi dengan DNA/cDNA Terlabel Biotin Menggunakan SA-HRP dan AEC


Membran NC dimasukkan dalam ke dalam kantong plastik klip yang berisi SA-HRP (streptavidin-horseradish peroksidase) 1:1000 dalam PBS, diinkubasi selama 1 jam pada suhu ruang atau 20 menit pada 37°C. Membran NC diinkubasi dalam PBS 2x5 menit dan membran tersebut dimasukkan dalam kantong plastik klip kemudian ditambah 5-10ml AEC (aminoethylcarbazole), diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit atau terbentuk warna merah.

Stok solution AEC: 0,4 gram AEC dilarutkan dalam 100ml dimethilformamide (DMF). Stok solution stabil selama 1 tahun pada suhu ruang. Sebelum dipakai, 0,67 Ml AEC stok solution ditambah 10ml 0,1M sodium asetat (Ph 5,2), distirer dan disaring, san ditambah 10µL 30% H2O2. Reaksi dihentikan dengan cara dicuci dalam PBS 2x5 menit, dan dicuci dengan DW kemudian dikeringkan.

Untuk keterangan lebih jelas tentang hasil dan pembahasan, silakan ikuti link di bawah ini untuk mendownload file .doc nya..

DOWNLOAD FILE


Read More..

INJEKSI ANTIGEN SERUM, PURIFIKASI ANTISERUM DAN DETEKSI INTERAKSI ANTIGEN-ANTIBODI TIKUS DENGAN METODE DOT BLOT

Darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan kepingan darah yang tersuspensi dalam plasma. Plasma merupakan komponen cairan dari darah yang mengandung fibrinogen terlarut. Setelah aktivasi oleh enzim plasmin, terbentu gumpalan fibrin. Sesudah gumpalan ini dihilangkan, sisa yang tertinggal disebut serum. Plasma tersusun sebagian besar dari air, dan zat-zat elektrolit terlarut berupa berbagai macam protein, misalnya globulin (alfa, beta, dan gamma), albumin dan faktor pembekuan darah. Plasma berwarna kuning dimana semua komponen darah secara normal akan tersuspensi. Plasma darah ini mempunyai volume berkisar 55% dari volume total darah. Komposisinya antara lain 95% air dan mengandung berbagai macam protein terlarut, glukosa, dan lain-lain. Plasma darah ini didapatkan dengan cara mensentrifugasi darah sampai sel-sel darah berada di bagian bawah tabung. Plasma darah mempunyai densitas sekitar 1025 kg/m3 atau 1025kg/L. Plasma darah ini dapat dimurnikan dari berbagai macam komponennya, misalnya dengan penghilangan faktor pembekuana atau fibrinogen. Plasma darah dalam kondisi seperti ini disebut serum darah. Dalam darah, serum adalah komponen dimana di dalamnya tidak terdapat sel darah atau faktor pembekuan (clotting factors).

Serum termasuk dalam semua protein yang tidak digunakan dalam pembekuan darah dan semua elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan berbagai macam substansi eksogenus (obat-obatan, dan mikroorganisme) (Sadjadi, dkk., 2009). Serum ini bisa menjadi suatu antigen jika masuk ke dalam tubuh organisme yang tidak mempunyai serum yang sama dengan serum yang masuk ke dalam tubuhnya. Antigen adalah makromolekul dengan satu atau lebih determinan antigenik. Antigen ini juga disebut dengan imunogen karena menghasilkan respon imun. Molekul yang lebih kecil, yang disebut dengan hapten adalah determinan antigenik, meskipun hapten ini terlalu kecil dan harus berikatan dengan permukaan molekul yang lebih besar. Antigen eksternal yang dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh inang dinamakan patogen. Patogen adalah organisme yang menyerupai virus, bakteri, dan antigen parasit. Auto-antigen atau self-antigen adalah jaringan dari inang yang mentrigger respon imun dan dapat menyebabkan terjadinya auto-immune (Brownlee, 2007).


Injeksi Antigen Serum Pemberian antigen dilakukan dengan jumlah yang tidak menimbulkan kematian, namun hanya imunogen. Berbagai macam volume dapat digunakan dan disesuaikan dengan hewan coba yang dipakai. Volume untuk penggunaan antigen dapat berbeda antara jenis hewan satu dengan yang lainnya dan tempat atau titik penginjeksian.

Penyiapan dan Pemisahan Serum untuk Antigen Darah sapi dan kelinci dimasukkan dalam tabung Eppendorf dan didiamkan dalam suhu kamar sampai terbentuk 2 lapis atau diinkubasi dalam suhu 370C selama 30-60 menit. Kemudian darah tersebut disentrifugasi pada kecepatan 10.000 g selama 10 menit pada suhu 40C. Supernatan yang merupakan serum tersebut kemudian dipindah ke dalam Eppendorf yang baru. Serum disimpan dalam suhu -200C jika tidak digunakan dalam waktu yang lama. Untuk menentukan banyaknya serum yang disuntikkan, kadar protein serum diuji menggunakan metode bradford.


Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Bradford Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan tabung reaksi sejumlah sampel yang ditambahkan dan untuk larutan blanko. Kemudian ditambahkan NaCl 0,9% ke dalam tabung tersebut dan ditambahkan pula sampel protein sebanyak 10uL, sedangkan blanko hanya terdiri dari larutan buffer 100uL. Larutan dalam tabung ditambahkan reagen Bradford yang tersusun atas coomassie blue G250 sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 5 mL ethanol 95%. Dihomogenkan dengan 10 mL phosphoric acid 85%, kemudian ditambah dengan akuades sampai mencapai 100 mL. Reagen tersebut disaring dan disimpan dalam botol gelap. Larutan kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Setelah itu, dilakukan inkubasi selama 10-15 menit dan ditera absorbansinya pada panjang gelombang 595nm, kemudian dibuat pula kurva standarnya.


Penyuntikan Antigen pada Hewan Coba dan Koleksi Antiserum Serum yang didapatkan dari hasil pemisahan dengan kadar 0,5-1mg disikan ke dalam spuit 1ml. Bagian tubuh tikus yang akan diinjeksi dibasahi dengan alkohol 70% menggunakan kapas. Antigen serum diinjeksikan secara intraperitoneal dan antigen diinkubasi dalam tubuh hewan coba selama 7-14 hari. Tikus yang telah diinjeksi serum (sapi dan kelinci) setelah diinkubasi selama 1 minggu didislokasi leher. Dislokasi dilakukan secara perlahan. Bagian perut tikus dibuka dengan menggunakan gunting hingga jantung terlihat dan darah diambil pada bagian bilik kanan jantung dengan menggunakan spuit 3 ml.



Isolasi Protein Antiserum dengan Metode Salting Out Serum tikus yang sudah diimunisasi dengan antigen serum diambil 10 ml kemudian ditambah dengan 90 ml ammonium sulfat ((NH4)2SO4) jenuh. Kemudian dilakukan inkubasi selama 30 menit pada suhu 40C dan dihomogenkan dengan vortex setiap 10 menit sekali. Langkah berikutnya adalah serum disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm, pada suhu 40C selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh dibuang dan pelet diresuspensi dengan buffer phosphate sebanyak ¼ volume awal dan dihomogenkan dan dihitung kadar proteinnya menggunakan metode Bradford.


Reaksi Antigen-antibodi dengan Metode Dot Blot Serum nonimmunized dari kelinci, sapi, dan tikus non-presipitasi disiapkan dan dilakukan dilusi sehingga didapatkan serum dengan konsentrasi konsentrasi 0, 10, 50, 100 dan 200 µg/ml. Antibodi primer yang digunakan adalah Rat α-serum rabbit, , rat α-serum bovine dan serum tikus nonimmunized yang telah diencerkan dengan TBS (1:500). Membran yang digunakan adalah PVDF (polyvinylidene difluoride). Membran tersebut direndam dalam methanol selama 2-5 menit. Membran kemudian diletakkan di atas kertas tissue dan dilakukan pula pembuatan peta blotting (blotting map). Membran kemudian dipasang pada dot blotter dan antigen diteteskan sebanyak 2 µl pada membran, didiamkan selama 1 jam di dalam laminar air flow (LAF) dengan blower. Kemudian membran yang masih berada dalam dot blotter ditetesi TBS selama 1 menit. Larutan blotto 10% yang terbuat dari susu skim yang dilarutkan dalam 10 ml TBS diteteskan sebanyak 10ul ke membran PVDF selama 1 jam pada suhu ruang. Membran kemudian dicuci dengan TBST sebanyak 3 kali masing-masing selama 10 menit sambil di gojog dengan shaker dengan kecepatan 40 rpm.



Setelah itu ditambahkan antibodi primer dan diinkubasi semalaman pada suhu 40C. Setelah inkubasi selesai, dilakukan pencucian membran menggunakan TBST 3 kali masing-masing selama 10 menit. Antibodi sekunder (Goat α-Rat IgG phosphate labeled 1:2500) ditambahkan pada membran dan juga substrat kromogenik NBT-BCIP. Membran kemudian dicuci dengan aquadest dan dikeringkan di dalam oven. Pada dasarnya, antibodi merupakan probe yang sering digunakan karena antibodi yang ditambahkan akan berikatan dengan antigen yang dapat dibaca dengan adanya visualisasi menggunakan teknik indirect enzyme immunoassay. Teknik ini dilakukan dengan penambahan substrat kromogenik yang akan menghasilkan produk insoluble (Millard 2006).


Sistem blotting yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sistem indirect. Pada sistem ini antibodi primer ditambahkan pertama kali untuk mengikat antigen dan selanjutnya ditambahkan antibodi sekunder yang secara langsung akan berikatan dengan antibodi primer. Metode indirect memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan metode direct salah satunya dalam hal kesensitifan dalam mendeteksi (Pierce, 2007). Spesifitas antibodi merupakan kemampuan antibodi tersebut dalam mengenali epitop spesifik. Antibodi yang memiliki spesifitas tinggi hanya menghasilkan sedikit cross reactivity.


Adanya hasil positif dapat dimungkinkan karena serum yang diberikan masih bersifat poliklonal sehingga terdapat epitop antigen serum yang bersesuaian dengan antibodi yang diberikan sehingga terjadi ikatan antigen-antibodi. Penggunaan antibodi monoklonal lebih menguntungkan karena memiliki homogenitas dan kosistensi yang tinggi. Antibodi monoklonal merupakan antibodi yang diproduksi oleh klon tunggal limfosit B. Ikatan epitop pada antibodinya bersifat reversibel dan tergantung susunan antigen dan antibodinya. Homogenitas tinggi inilah yang menyebabkan penggunaan antibodi monoklonal sangat berguna untuk evaluasi perubahan konformasi molekuler, interaksi protein, tahapan proliferasi, dan mengidentifikasi famili protein serta untuk analisis struktur protein (Lipman, 2005). Untuk dapat mengintrepretasikan image hasil dot dapat digunakan gel documentation meliputi UV Transiluminator, Uvsolo, BioDocAnalyze live, BioDocAnalyze video dan BioDocAnalyze digital. Gel documentation tersebut memiliki monokrom CCD kamera yang sensitif terhadap cahaya, pada kondisi gelap dan juga dilengkapi oleh transiluminator (Biometra, 2009). Metode Dot blot ini mempunyai beberapa kelemahan dan keunggulan (Protocol Online, 2007).


Keunggulan teknik Dot Blot
  • Spesifik terhadap DNA atau protein manusia
  • Mudah untuk dianalisis
Kelemahan teknik Dot Blot:

  • Tidak bersifat automatable (dikerjakan dengan otomatis)
  • Membutuhkan intensivitas kerja yang lebih
  • Merupakan metode semi-kuantitatif (Kualitas DNA atau protein tidak dapat di perkirakan dan dihitung)
untuk hasil dan pembahasan yang lebih lengkap mengenai topik ini: silakan download file .doc dengan mengikuti link berikut:  DOWNLOAD FILE



Read More..

Symmastia: Sebuah "Kegagalan" Dalam Proses Operasi Implant Payudara

Pertama, Pengen tau proses pemberian implant pada payudara cewek?? Cekidot, gann… 1. penentuan pola
2. pola yang udah di buat
3. proses pemberian implan
Nah, permasalahan yang sering timbul akibat breast implant ini adalah menyatunya hasil implant di tengah2 dada, sehingga menimbulkan kesan bahwa buah dada menempel menjadi satu (uniboob).. gawat banget gan kalo kaya gitu…malah jadi ga seksi lagi Ini disebut symmastia…. Symmastia biasanya merupakan hasil dari over-diseksi dari jaringan di wilayah belahan dada. Over-diseksi ini kadang-kadang dilakukan dengan sengaja dengan harapan menciptakan atau meningkatkan pembelahan, namun kadang2 juga hal ini tidak disengaja. Symmastia sering disebut sebagai "breadloafing", atau "kissing implant", atau "uniboob". Dengan kondisi ini, implan benar-benar bertemu di tengah dada, memberikan penampilan satu payudara, bukan dua. Symmastia tampaknya lebih umum di kalangan wanita kurus symmastia terjadi ketika dua implan menyentuh satu sama lain di pusat dada tepat di atas dada. terutama disebabkan oleh fakta bahwa perempuan kurus biasanya memiliki jaringan lebih sedikit dan / atau lemak yang menyelubungi sternum (tulang dada). Kadang-kadang, ahli bedah akan berusaha untuk melepaskan beberapa jaringan, untuk mendapatkan implan lebih dekat bersama-sama. Mau tau kayak gimana bentuknya??? ini nih bentuknya...
Jika Anda memiliki ahli bedah plastik yang berkualitas, dan berpengalaman, ini merupakan komplikasi yang tidak perlu Anda kuatirkan. Ini adalah yang paling umum dari semua komplikasi pembesaran payudara. Tapi tetep aja kita harus hati2 excavatum pectus (tulang dada tertekan) akan menyebabkan implan menuju ke dalam, menuju wilayah belahan dada. Hal ini menciptakan lebih banyak tekanan pada jaringan di daerah itu, dan dapat berakibat pada symmastia. Symmastia mungkin atau tidak terlihat setelah operasi. Hal ini dapat muncul setiap saat setelah operasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan kemudian. Tapi jangan kuatir, gan.. Symmastia ini dapat dinormalkan kembali kok Dalam rangka untuk memperbaiki symmastia, jaringan lemak dan kulit yang mendasari harus disambungkan ke dada. Tentunya, melalui operasi lagi, gan... Selama proses perbaikan, pasien memakai pakaian khusus dan bra digunakan untuk mendukung perbaikan. Bra yang dipakai setelah perbaikan symmastia disebut sebagai "bra thong". Hal ini digunakan untuk menstabilkan wilayah tersebut setelah rekonstruksi symmastia. Hal ini akan memungkinkan daerah dijahit antara payudara untuk menyembuhkan dengan baik tanpa tekanan yang berlebihan yang diterapkan ke daerah tersebut. ini adalah bra yang biasa dipakai pada proses perbaikan bentuk payudara...
gambar2 pasien yang mengalami symmastia BEFORE n AFTER:
sumbernya ada di sini
Read More..

Aceto Carmine: Pewarna Kromosom



Ada beberapa versi dari pewarna ini tergantung dari ada dan tidaknya unsur besi (Fe) di dalamnya. Pewarna Aceto carmine yang mengandung besi sering digunakan karena dapat menghasilkan warna merah kebiruan lebih gelap daripada versi yang non-besi.

untuk yang pertama, mari kita bahas terlebih dahulu cara pembuatan pewarna ini untuk versi non-besi.

  1. Panaskan larutan asam asetat 45% (45ml acid/55ml asetat glasial air suling) sampai mendidih
  2. Tambahkan 0.5 g Carmine dan terus dipanaskan selama 15-20 menit sambil diaduk
  3. dinginkan larutan yang dihasilkan
  4. larutan terebut kemudian disaring untuk menghilangkan endapan


untuk versi yang mengandung besi (Fe), berikut adalah resep untuk membuatnya:

  1. Panaskan larutan asam asetat 45% (45ml air suling asetat glasial acid/55ml) sampai mendidih. SELALU berhati-hati dan memakai alat pelindung diri ketika berada di laboratorium dengan asam pekat (atau waktu lainnya)
  2. Tambahkan 0.5g dari Carmine dan terus panaskan selama 15-20 menit sambil diaduk
  3. dinginkan larutan yang dihasilkan
  4. larutan terebut kemudian disaring untuk menghilangkan endapan
  5. Secara terpisah buat larutan asetat glasial 45ml acid/55ml air suling/5g Ferri oksida
  6. Perlahan (diteteskan) tambahkan larutan Ferri oksida untuk 50ml larutan Carmine sampai endapan mulai muncul
  7. Segera tambahkan 50 ml larutan Carmine ke dalam campuran titrasi
  8. saring untuk menghilangkan endapan

Selamat Belajar!!..

Sumber


Read More..

SIKLUS ESTRUS PADA TIKUS (Laporan Praktikum)

Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari. Pada mamalia khususnya pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaturan/koordinasi yang disebut dengan hormon (hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ target).

Fase dan Siklus Estrus

Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam.

Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004).

Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006). Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan tingkatan estrogen. Pada fase metestrus dimana uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormon (Taw, 2008).

Cara Kerja

Cotton bud dicelupkan ke dalam PBS dan dimasukkan ke dalam vagina tikus betina dan diusap sebanyak 2-3 kali putaran. Hasil usapan dari cotton bud dibuat preparat apusan. Preparat apusan dimasukkan ke dalam larutan alkohol fiksatif 70% selama 10 menit, kemudian diangkat dan dikeringanginkan. Apusan lalu dimasukkan ke dalam larutan Phosphat Buffer Saline (PBS) selama 5 menit, dimasukkan kembali dalam larutan pewarn giemsa selama 5-10 menit dan dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Diamati morfologi sel epitel pada preparat yang telah dibuat di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (100X) kemudian perbesaran kuat (400X). Pengamatan dilakukan selama 7 hari dan dicatat perbedaan-perbedaan sel yang didapat pada tiap-tiap siklus estrus. Data pengamatan kemudian di catat dalam tabel pengamatan dan di dokumentasikan setiap preparat apusan yang dibuat.


untuk hasil dan pembahasan dari praktikum ini,silakan ikuti link di bawah ini untuk mendownload file pdf-nya...

DOWNLOAD FILE : SIKLUS ESTRUS

Selamat belajar!!..

Ingat, piracy is a CRIME!!...


Read More..

ANALISIS KUALITAS SPERMA DAN OVARIUM (laporan praktikum)

Sistem reproduksi adalah suatu sistem organ di dalam tubuh organisme yang dapat bekerja bersama untuk satu tujuan, yaitu reproduksi. Berbagai macam substansi seperti cairan, hormon, dan feromon juga merupakan suatu pelengkap yang penting untuk sistem reproduksi. Pada manusia dan mayoritas organisme eukariotik lainnya yang sudah mengalami diferensiasi, alat kelamin dan sel kelamin seringkai mempunyai perbedaan yang signifikan. Perbedaan inilah yang menjadikan adanya kombinasi materi genetik dari dua individu dan menyebabkan adanya kemungkinan diversitas genetik. Organ yang ada pada makhluk hidup tingkat tinggi meliputi genitalia eksterna (penis dan vulva) dan genitalia interna (testis dan ovarium). Jika terjadi suatu kelainan dalam sistem reproduksi, maka akan sangat berpengaruh pula pada kemampuan gamet untuk melakukan fungsinya. Kualitas sistem reproduksi dapat dilakukan pada level gamet, misalnya dilakukan analisis terhadap sperma atau ovum. Analisis sperma adalah pemeriksaan untuk menilai ciri dan mutu spermatozoa dalam air mani, agar dapat dinilai apakah terdapat ketidaknormalan yang dapat mengganggu kesuburan dan menghambat terjadinya pembuahan (The Fertility Institute, 2009).


Analisis Kualitas Sperma

Analisis sperma meliputi volume, konsentrasi, motilitas, dan morfologi. Volume sperma yang normal pada sekali ejakulasi saja minimal adalah 2 ml. Jika kurang dari jumlah tersebut, maka disebut aspermia yang berarti tidak ada semen. Konsentrasi sperma pada ejakulat yang normal paling sedikit adalah 20 juta/ml. Bila kurang, disebut oligozoospermia. Atau jika sperma tidak ditemukan sama sekali pada cairan ejakulat, disebut azoospermia. Motilitas sel sperma yang normal, baik yang lemah dan yang cepat adalah lebih dari 50%, atau >25% sel sperma yang bergerak cepat, jika kurang, disebut asthenozoospermia. Pada morfologi yang normal tidak didapatkan kelainan bentuk. Namun jika bentuk normal dijumpai kurang dari 15%, maka termasuk teratozoospermia. Uji-uji lain selain analisis sperma adalah Uji MAR yaitu untuk menguji adanya penyakit autoimun dimana didapatkan antibodi antisperma. Uji lain adalah uji viabilitas sperma, penghitungan leukosit, kultur bakteri, uji Chlamidya PCR, dan interaksi sperma dengan lendir serviks

Sperma yang kurang baik tidak akan mampu membuahi sel telur yang letaknya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat saja tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kualitas dan kuantitas sperma.
Berdasarkan hasil analisa sperma dapat diketahui kelainan kelainan pada sperma seperti :
  1. Oligospermia : jumlah sperma lebih kecil dari normal, normalnya jumlah sperma adalah lebih dari 40 juta/ ejakulasi
  2. Asthenozoospermia : motilitas sperma kurang dari normal, motilitas sperma yang normal menurut World Health Orgaization (WHO) adalah lebih dari 50%
  3. Teratozoozpermia : sperma normal kurang dari 14%

Pergerakan sperma atau sperm motility mempelajari jumlah sperma yang bergerak dan terlihat dalam spesimen ejakulat. Motilitas sperma adalah salah satu fungsi sperma yang tergantung pada suhu, sehingga setiap perlakuan yang dilakukan dalam analisis kualitas sperma sangat penting untuk diperhatikan. Sehingga sangat disarankan untuk melakukan analisis sesegera mungkin setelah sperma dikeluarkan atau proses pengeluaran dilakukan di dalam laboratorium dimana dapat diatur kondisinya. Sperma diketahui tidak akan dapat hidup dalam jangka waktu yang lama dalam semen, dan di luar semen, sperma akan secara cepat meninggalkan semen untuk memasuki mukus serviks. Motilitas normal sperma yaitu sebesar 60% atau lebih. Namun ada pula yang menganggap bahwa nilai motilitas sperma sebesar 40% masih dianggap normal.
Beberapa kelainan yang berkaitan dengan motilitas sperma antara lain asthenozoospermia dan necrozoospermia. Asthenozoospermia adalah penurunan motilitas sperma. Jika ditemukan, maka dapat diakibatkan oleh adanya kondisi laboratorium yang tidak mendukung, adanya abnormalitas spermatogenesis, masalah dalam maturasi sperma dalam epididimis, abnormalitas transport, dan adanya varicocele., sedangkan necrozoospermia adalah tidak adanya gerakan sperma sama sekali. Namun, pada dasarnya sperma yang mengalami necrozoospermia termasuk sperma yang normal dalam hal materi genetiknya (The Fertility Institute, 2009).


Pengamatan Ovarium

Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin betina pada hewan dan manusia.Pada makhluk vertebrata termasuk manusia, mempunyai dua buah ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Ovarium pada hewan betina merupakan gudang dan tempat produksi oosit. Setiap ovarium mengandung oosit dalam jumlah yang sangat banyak, tetapi hanya sedikit sekali dari jumlah oosit tersebut yang dimatangkan dan diovulasikan selama masa subur atau pada masa reproduktif. Meskipun secara in vitro atau superovulasi dapat dihasilkan oosit matang (mature oocytes) dalam jumlah yang lebih banyak, dari jumlah itu masih sedikit sekali oosit yang dapat difertilisasi (Sumarmin, dkk., 2007).

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan (Klik Dokter, 2008).

Siklus ovarium :

  1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
  2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari

Cara kerja

  1. Pengamatan Kualitas Sperma Sapi: Sperma yang digunakan dalam praktikum ini adalah sperma sapi straw dan sperma sapi afkir. Sperma sapi straw pertama kali dimasukkan dalam water bath pada suhu 37°C. Kemudian diletakkan pada gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup dan diamati pergerakan atau motilitas, dan bentuk sel-sel sperma tersebut. Pengamatan sperma afkir dilakukan dengan meletakkan sperma di dalam cawan petri dan diukur pHnya menggunakan indikator pH, diukur kekentalan atau viskositasnya, dan diamati menggunakan mikroskop cahaya untuk pergerakan dan bentuk selnya.
  2. Pengamatan Ovarium Kambing: Ovarium kambing diletakkan dalam cawan petri dan diamati bentuk folikel yang ada di permukaan ovarium. Jika ada, diamati adanya folikel primer, sekunder, de graaf, dan adanya corpus luteum. Selain itu, dapat pula dilakukan pembedahan untuk mengamati anatomi ovarium

untuk hasil dan pembahasan yang lengkap tentang pengamatan tersebut, silakan ikuti link di bawah ini untuk mendownload file pdf-nya.

DOWNLOAD FILE: ANALISIS SPERMA DAN OVARIUM



Selamat belajar!!...

Ingat, piracy is a CRIME!!...

Read More..

Pembuatan Preparat Whole Mount Lumut (Mikroteknik)

Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Metode Whole Mount merupakan metode dimana objek yang akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop. Struktur yang dapat diamati menggunakan metode Whole Mount ini adalah struktur reproduksi maipun struktur vegetatif pada suatu organisme (Biochem, 2008). Struktur tubuh tumbuhan lumut sangat sederhana. Tumbuhan lumut dapat dijumpai di berbagai tempat. Jumlah tumbuhan lumut sanagt berlimpah. Meskipun tumbuhan lumut menyukai tempat yang lembab, tumbuhan lumut juga dapat hidup di daerah gurun, Lumpur, dan sungai. Tumbuhan lumut dapat berperan sebagai pioneer maupun sebagai obat untuk beberapa jenis penyakit (Parmentier, 2000).

CARA KERJA

Untuk melakukan praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan tumbuhan lumut sejumlah anggota kelompok, kemudian dicuci dengan air mengalir hingga berseih. Setelah itu dimasukkan kedalam larutan FAA (Alkohol 70%) overnight selama 1-2 hari. Kemudian dilakukan pencucian menggunakan aquades hingga beberapa kali. Masukkan lumut kedalam larutan clearing dan staining selama 2 hari. Lakukan dehidrasi seri alcohol 15-30-50-70-80-90-100% masing-masing selama 5-10 menit. Setelah itu masukkan kedalam larutan xilol:alcohol 1:3, 1:1, 3:1 masing-masing selama 5-10 menit. Kemudian masukkan kelarutan xilol I dan xilol II masing-masing selama 5-10 menit. Tahap yang terakhir adalah melakukan penutupan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembuatan preparat dengan metode Whole Mount (Bennett, 2005):

  1. Lamanya waktu fiksasi. Jika fiksasi dilakukan terlalu lama, mengakibatkan jaringan pada objek rusak.
  2. Lamanya waktu staining. Jika staining tidak dilakukan secara benar, dapat mengakibatkan objek tidak terwarnai dengan sempurna.
  3. Lamanya waktu dehidrasi. Jika dehidrasi dilakukan terlalu lama atau terlalu cepat, mengakibatkan tingkat kerapuhan akan meningkat. Jika dehidrasi dilakukan terlalu cepat mengakibatkan kemungkinan masih terdapatnya air dalam jaringan sangat besar.


untuk penjelasan yang lebih lengkap, silakan klik link di bawah ini untuk mendownload file pdf-nya.

DOWNLOAD FILE: WHOLE MOUNT LUMUT


Selamat belajar!!...

Ingat, Piracy is a CRIME!!...



Read More..

Pembuatan Preparat Parafin Jaringan Hewan (Mikroteknik)

Tanpa panjang lebar lagi, berikut ini adalah cara kerja pembuatan preparat parafin jaringan hewan...


Cara Kerja

1. Narkose
Dalam pembuatan preparat jaringan hewan dengan menggunakan metode parafin biasanya digunakan objek berupa mamalia, untuk itu perlu dilakukan proses untuk mematikan hewan yang bersangkutan. Maka biuslah hewan tersebut degan menggunakan cloroform.

2. Sectio
Bersihkan bulu-bulu dan kotoran yang menempel pada alat atau organ yang akan dibuat preparat. Organ diiris kira-kira 3-5 mm dan luas kurang lebih 1 cm2, sehingga penetrasi fiksatif terjamin sampai menyeluruh bagian organ.

3. Labelling
Flakon tempat organ yang akan difiksasi diberi label sesuai dengan jenis organnya.

4. Fiksasi
Obyek yang diinginkan dipotong lalu difiksasi dalam larutan Bouin kurang lebih selama 12-24 jam.

5. Dehidrasi
Setelah larutan fiksatif dibuang, diganti dengan alkohol 70%, 80%, 90% dan 96% masing-masing sebanyak 3x dan masing-masing selama 10 menit, dikocok dan overnight. Setelah itu, dimasukkan kedalam alkohol absolut selama 10 menit dan dikocok.

6. Dealkoholisasi
Buang alkohol dan kemudian ganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol, tetapi kemudian harus di bias dengan parafin. Yang dapat diguanakan sebagai clearing agent adalah aceton, benzol, toluol dan xilol. Clearing (dealkoholisasi) dilakukan paling lama 24 jam (overnight).

7. Infiltrasi
Infiltrasi dilakukan dalam inkubator dengan temperatur kurang lebih 55ºC atau 60ºC. Sebelum masuk keparafin murni, maka potongan organ lebih baik dimasukkan kedalam campuran xilol:alkohol 1:1 terlebih dahulu.

8. Penyelubungan
Buat kotak karton ukuran ±2x2x1.5 cm persegi. Pipet obyek dengan pipet pastur yang sudah dipotong bagian yang menyempit dengan cepat dan letakkan di kotak karton, tambahkan paraffin cair hingga kotak penuh. Kemudian biarkan blok di temperatur kamar hingga mengeras. Unrtuk pemakaian pipet sekanjutnya lewatkan di api terlebih dahulu untuk mencairkan paraffin yang menempel didinding pipet. Penyelubungan dilakukan pada parain dengan suhu 56ºC selama 12 menit.

9. Pengirisan
Rapikan blok dan bentuk blok tersebut menjadi bentukan prisma. Set mikrotom dengan ketebalan 5-10µm. Ambil potongan seri dengan kuas, letakkan pada slide yang telah diberi Mayer Albumin dan ditetesi sedikit aquades. Panaskan slide tersebut diatas hot plate yang diatur bersuhu suam-suam kuku (34-40) sampai melekat erat.

10. Pewarnaan
Masukkan preparat kedalam xylol selama 10 menit (xilol pada slide dihisap dengan menggunakan tissue hingga bener-benar kering). Kemudian letakkan atau masukkan kedalam alkohol absolut, 96, 90, 80, 70, 60, 50, 40 dan 30%. Jika telah selesai bersihkan dengan aquadest. Kemudian masukkan preparat kedalam larutan Hematoxylin selama 30 detik, celup kedalam aquadest dan kemudian cuci dengan air mengalir. Jika telah selesai masukkan kedalam alkohol 30, 40, 50, 60 dan 70% masing-masing beberapa detik saja. Masukkan preparat kedalam larutan eosin selama 1-2 menit dan kemudian masukkan kedalam alkohol 70, 80, 90, 96% dan alkohol absolut. Sbelum dimasukkan kedalam xilol, alkohol dihisap hingga benar-benar kering. Masukkan kedalam xilol selama 20 menit.

11. Mounting
Merupakan tahap pelekata. Slide ditetesi dengan enthelan dan kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass. Letakkan slide diatas hot plate agar cepat kering.

12. Labelling
Merupakan tahap pemberian label dari preparat yang kita buat. Hendaknya label memuat nama jaringan, tebal irisan, arah potongan, pewarnaan dan tanggal pembuatan.


untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai hasil dan pembahasan tentang pembuatan preparat jaringan hewan ini, silakan ikuti link di bawah ini untuk mendownload file pdf-nya...


DOWNLOAD FILE: PREPARAT HEWAN


Selamat belajar!!...


Ingat, piracy is a CRIME!!!...




Read More..

New Category!!

Beberapa hal yang penting untuk diketahui para remaja pada saat mulai memasuki usia puber. KLIK!!

KAMU UPLOAD, DAPET DUIT!!! FILE HOSTING GRATISS!!