ABSTRAK
Penyakit yang disebabkan oleh parasit nematoda pada saluran gastrointestinal kambing dan domba sangat merugikan. Penanggulangan yang dilakukan dengan pemberian obat cacing menimbulkan dampak negatif berupa resistensi obat. Oleh karena itu, perlu cara lain yaitu biologi kontrol dengan kapang nematofagus. Tujuan dari kedua penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Duddingtonia fagrans terhadap ruminansia yang terserang nematoda pada gastrointestinalnya. Kambing dan domba dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kontrol dan perlakuan. Hewan kontrol adalah hewan yang terinfeksi nematoda sedangkan hewan perlakuan adalah hewan yang terinfeksi dan diberi spora D. Flagrans. Penelitian ini difokuskan pada perkembangan larva dalam feses hewan coba. Kemudian dibandingkan antara hewan perlakuan dan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui kelompok kontrol mengalami pertumbuhan larva yang signifikan, rata-rata jumlah telur dan larva nematoda dalamfu feses hewan kontrol lebih besar daripada jumlah kelompok hewan dengan perlakuan. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain temperatur yang mempengaruhi perkembangan telur nematoda dan pembentukan miselium oleh fungi.
Kata kunci : domba, Duddingtonia fagrans, kambing, nematoda
Latar Belakang.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit nematoda pada kambing dan domba sangat merugikan, karena dapat menurunkan bobot badan dan timbulnya kematian pada kambing dan domba. Salah satu jenis nematoda yang berparasit pada domba dan kambing adalah Haemonchus contortus, dimana spesies ini hidup pada saluran gastrointestinal (GI). Penanggulangan terhadap infeksi parasit cacing yang saat ini sering dilakukan adalah dengan memberi obat cacing (antelmintik). Pemberian obat cacing harus dilakukan berulang kali, karena ternak yang digembalakan selalu terinfeksi melalui rumput. Sebagai akibat dari pemberian antelmintik yang terus-menerus, maka akan timbul galur cacing yang resisten terhadap obat cacing. Adapun jangka waktu terjadinya efek resistensi itu bervariasi.
Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti amuba, bakteri dan cendawan. Kemungkinan kontrol biologis dapat digunakan dalam stadium parasitik, tetapi pada umumnya kontrol biologis diterapkan dalam stadium hidup bebas di alam. Kapang yang merusak telur atau larva cacing secara langsung menggunakan telur dan larva sebagai sumber pakannya. Nematofogus tergolong cendawan. Penelitian awal mengenai kapang nematofagus diantaranya telah diperoleh beberapa isolat yang dapat bermanfaat dalam memecahkan masalah cacingan, khususnya pada ruminansia.
Keuntungan pemakaian kapang ini adalah terhindarnya ternak dari efek resistensi dan akumulasi residu antelmitik. Penerapannya dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang matang, yaitu dukungan sumber kekayaan alam berupa kapang-kapang nematofagus yang diperkirakan banyak, hewan yang menderita cacingan dan tempat pengaplikasian di lapangan. Kecepatan pengendalian cacingan dengan agen kontrol biologis di dalam menekan pertumbuhan larva cacing infektif waktunya ditentukan oleh seberapa cepat penyebaran kapang-kapang tersebut di tempat gembalaan tenak, karena dengan tumbuhnya kapang-kapang tersebut akan memakan larva infektif sehingga reinfeksi dapat dicegah. Teknologi ini dapat dipakai oleh peternakan besar dan kecil karena cara aplikasinya mudah dilakukan. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian Duddingtonia flagrans terhadap ruminansia yang secara alami terserang nematoda.
Nah, buat temen-temen yang pingin mengetahui apa yang sebenernya terjadi dalam hal pengendalian hayati berbasis mikrobiologi tersebut, silakan ikuti LINK INI, dan download file-nya untuk bahan referensi laporan praktikum temen-temen ato bisa juga untuk ide penelitian temen-temen sendiri…
Selamat Belajar!!...
0 comments:
Post a Comment